USAI menandatangani nota kesepahaman kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara UNIB dan IPB University, Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si memberikan kuliah umum dengan tema “Masa depan perguruan tinggi menyongsong era disrupsi,” Selasa (7/12/2021).
Kuliah umum secara blended, gabungan luring dan daring yang dipusatkan di ruang rapat utama gedung rektorat UNIB ini dihadiri Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah, Ketua Umum DPP Himpunan Alumni IPB R. Fathan Kamil, Rektor UNIB periode sebelumnya Prof. Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc, para Wakil Rektor, para dekan dan wakil dekan serta mahasiswa Fakultas Pertanian UNIB.
Rektor UNIB Dr. Retno Agustina Ekaputri, SE, M.Sc menyabut baik dan mengucapkan terimakasih kepada Rektor IPB University Prof. Arif Satria yang telah menyempatkan diri memberikan kuliah umum dengan tema yang sangat relevan terhadap kondisi Bangsa saat ini.
Ke depan kata Dr. Retno, inovasi-inovasi sangat dibutuhkan yang hal itu bukan untuk mengejar persaingan antar perguruan tinggi, tapi bagaimana agar bisa memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri, sehingga mampu sejajar dengan universitas lain.
“Semoga dengan kuliah umum ini dapat memberikan inspirasi dan gambaran kepada kita semua tentang bagaimana dan apa langkah yang harus dilakukan sehingga mampu beradaptasi secara cepat dan tepat terhadap era disrupsi,” ujarnya.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Pertanian UNIB Prof. Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, MS juga mengucapkan terimakasih kepada Rektor IPB University yang telah hadir di kampus UNIB dan diharapkan kehadirannya ini memberikan dampak besar bagi kemajuan UNIB khususnya Fakultas Pertanian di masa akan datang.
“Semoga dengan penandatanganan MoU antara UNIB dan IPB University serta dengan kuliah umum Prof. Arif Satria dapat menambah semangat bagi kita semua untuk lebih memajukan UNIB sehingga sejajar dengan universitas-universitas terbaik di Indonesia,” ujarnya.
Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah, MMA juga sangat mengapresiasi kuliah umum yang diselenggarakan Fakultas Pertanian UNIB bekerjasama dengan Himpunan Alumni IPB University yang disiarkan melalui channel YouTube Fakultas Pertanian UNIB ini. Sebab, kuliah umum ini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dan akademisi, tapi juga kebutuhan Pemerintah Daerah.
“Era disrupsi ini bagi dunia birokrasi bisa diibaratkan ‘banjir bandang’ yang dapat meleyapkan jejak-jejak masa lalu dan harus segera dicarikan solusi secara cepat dan tanggap. Karena itu, pandangan, ide-ide cemerlang yang disampaikan melalui kuliah umum ini diharapkan dapat menginspirasi untuk menciptakan inovasi-inovasi sehingga mampu beradaptasi dengan era disrupsi yang bukan lagi disongsong tapi sudah ada di tengah-ptengah kita saat ini,” ujar Dr. Rohidin Mersyah.
Ditambahkan Gubernur, menghadapi era disrupsi tentu tidak mudah bagi dosen-dosen untuk menyesuaikan diri. Namun, mau tidak mau semua dosen harus bertransformasi sehingga tidak justru kalah dengan kecepatan mahasiswanya dalam melakukan penyesuaian. Perguruan Tinggi juga diharapkan menjadi pendorong penguatan ekonomi, peggerak dalam menciptakan inovasi yang dibutuhkan daerah sehingga mampu bersaing dengan daerah lainnya.
“Terkait bagaimana menciptakan inovasi menghadapi era disrupsi, Pemerintah Daerah tetap bersandar pada Perguruan Tinggi, sebab inovasi tercipta dari pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu adalah ranahnya Perguruan Tinggi,” ujar Dr. Rohidin Mersyah seraya mengucapkan terimakasih kepada Prof. Arif Satria yang telah berkunjung dan berbagi pengalaman dengan sivitas akademika Universitas Bengkulu.
Dalam kuliah umum yang dipandu Prof. Dr. Ir. Endang Sulistyowati, M.Sc sebagai moderator, Prof. Arif Satria memaparkan, saat ini Indonesia bahkan hampir seluruh negara di dunia tengah menghadapi tiga perubahan besar yaitu perubahan iklim (climate change), disrupsi era (Industri 4.0) dan Pandemi Virus Corona (Covid-19).
“Mungkin ini adalah cara Tuhan me-restart kehidupan manusia. Tiga perubahan besar ini tidak hanya dialami Indonesia, tapi hampir semua negara di dunia harus menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini. Sekarang kita dalam posisi garis start yang sama, baik negara maju maupun negara berkembang. Kita mestinya bisa meraih kemajuan, jika kita mampu menciptakan inovasi-inovasi baru,” ujarnya.
Dijelaskan Prof. Arif, disrupsi era menyebabkan munculnya teknologi baru secara cepat, teknologi lama selesai. Maka kita harus berinovasi, cepat beradaptasi dan bertransformasi. “Saya setuju dengan apa yang dikatakan Pak Gubernur tadi, disrupsi era ini seperti banjir bandang,” paparnya.
Di tengah era disrupsi, kompetisi semakin tidak ada kejelasan. Berbagai sektor terdampak, tidak terkecuali dunia perguruan tinggi. Siapa dan bagaimana persaingan saat ini, UNIB misalnya apakah persaingannya IPB, UI, UGM dan kampus lainnya ? Bukan, itu adalah persaingan masa lalu. Persaingan ke depan adalah dengan lembaga yang bukan lembaga pendidikan, seperti Google.
Bagaimana skenario pendidikan tinggi ke depan yang cocok untuk Indonesia ? “Menurut Saya, paling tidak ada tiga skenario atau gabungan ketiga skenario ini yang bisa ditawarkan, yaitu Universitas Riset Dunia, Universitas Kewirausahaan, dan atau Universitas Kompetensi Unggul,” ujar Prof. Arif Satria. IPB sendiri saat ini memilih mengusung visi skenario Socio Entrepreneurial University : Research, Innovation dan Etrepreneurship dengan mengembangkan Technopreneurial University, Sociopreneurial University dan Techno-socio Entrepreneurial University.
Langkah utama harus dilakukan menghadapi tiga disruption ini tambah Prof. Arif, yaitu dengan merubah cara pikir dan cara pandang. Pertama diperlukan adalah Growth mindset bukan Fixed mindset. Yang harus dikembangkan adalah new skill, new literacy dan new practices (future practice).
“Saya selalu optimis, kita adalah Bangsa yang besar dan mampu mengalahkan negara-negara lain, bila kita sudah menerapkan growth mindset, berpikir dengan future practice,” ucapnya.
Study terhadap anak usia 15 tahun di 72 negara di dunia menunjukkan bahwa, mindset, seperti motivasi dan kepercayaan diri memiliki dampak yang lebih besar terhadap prestasi akademik siswa daripada faktor lainnya dan dua kali lebih berpengaruh daripada latar belakang sosial ekonomi.
Selaras dengan yang dikatakan Jack Ma, In the future is not about the competition of knowledge, it’s a competition of creativity, competition of imagination, competition of learning, competition of independent thingking.
Sebagai penutup, saya mau menyampaikan pemikiran bahwa untuk menjadi sukses, yang pertama harus dimiliki adalah kemauan, baru kemudian kemampuan dan kesempatan.
Lalu bagaimana kita memandang masa depan ? Mengutif Abraham Lincoln, “The best way to predict the future is to create it. “Cara terbaik melihat masa depan adalah dengan cara meciptakan sesuatu pada hari ini. Kampus yang terbaik adalah kampus yang memberikan dampak terbaik untuk kemajuan masyarakat,” papar Prof. Arif Satria. [Hms1].