PERISTIWA bersejarah kembali terukir di Kota Bengkulu pada tanggal 14 Juli 2024. Peristiwa tersebut adalah pendeklarasian asosiasi Masyarakat Ilmu Aktuaria Indonesia (MIAktI) untuk pertama kali di Indonesia.
Pendeklarasian asosiasi ini dilakukan dalam rapat Divisi Ilmu Aktuaria IndoMS secara hybrid, luring dan daring, di ruang Besurek Hotel Santika Kota Bengkulu, Minggu (14/7/2024), pukul 09.00 WIB hingga 16.30 WIB.
Rapat Divisi Ilmu Aktuaria IndoMS ini merupakan salah satu rangkaian Konferensi Nasional Matematika (KNM) XXII dan Kongres IndoMS (Indonesian Mathematical Society) tahun 2024 yang dilaksanakan tanggal 15-16 Juli 2024, dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu (FMIPA Unib) sebagai tuan rumah penyelenggara.
Ketua Program Studi S1 Matematika FMIPA Unib, Siska Yosmar, S.Si, M.Sc, merupakan satu-satunya Dosen FMIPA Unib dengan spesialisasi Ilmu Aktuaria di Unib saat ini. Di Prodi S1 Matematika FMIPA Unib sendiri telah mengembangkan Ilmu Aktuaria melalui kurikulum tahun 2021 dengan mata kuliah pilihan pada Kelompok Bidang Keahlian (KBK).
Kepada Tim Humas Unib, Siska Yosmar menjelaskan, rapat Divisi Ilmu Aktuaria IndoMS yang menjadi bagian KNM XXII dan Kongres IndoMS tahun 2024, dihadiri secara luring (on-site) oleh 22 Dosen, Ketua Prodi Ilmu Aktuaria dan Ketua Prodi Matematika yang merupakan perwakilan dari beberapa kampus di Indonesia.
Ada 16 perwakilan universitas yang hadir, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Brawijaya (UB).
Berikutnya, hadir juga perwakilan Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Padang (UNP), Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Institut Teknologi Sumatera (Itera), Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Universitas Prasetiya Mulya dan Institut Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie (ITH), serta Universitas Bengkulu (Unib) sebagai tuan rumah.
“Kita rapat secara hybrid, luring dan daring, dari pagi hingga sore. Akhirnya bersepakat mendeklarasikan asosiasi Masyarakat Ilmu Aktuaria Indonesia (MIAktI). Ini tentu menjadi moment bersejarah, karena baru pertama MIAktI dideklarasikan di Indonesia yaitu di Kota Bengkulu,” ujar Siska Yosmar.
Pada deklarasi ini tambah Siska, sekaligus menetapkan dan mengumumkan Pengurus Pertama MIAktI yaitu Dosen Aktuaria ITB, Dumaria Rulina Tampubolon, M.Sc, Ph.D sebagai Ketua, Dosen Aktuaria UGM Danang Teguh Qoyyimi, ASAI, Ph.D sebagai Wakil Ketua, serta Restu Ananda Putra, S.Si, M.Aktr yang juga Dosen Aktuaria UGM sebagai Sekretaris.
“Kita (FMIPA Unib) sebagai tuan rumah penyelenggara sangat bangga dengan pendeklarasian MIAktI ini dan mengucapkan selamat kepada Ibu Dumaria, Pak Danang dan Pak Restu Ananda yang telah ditetapkan untuk mengemban amanah sebagai Pengurus Pertama MIAktI,” ucap Siska Yosmar.
Dijelaskan Siska, latar belakang dan keinginan pembentukan asosiasi Ilmu Aktuaria Indonesia ini sebenarnya sudah lama, yaitu ketika beberapa kampus di Indonesia terlibat dalam project READI (Risk Management, Economic Sustainability, and Actuarial Science Development in Indonesia) sejak November 2015 sampai READI Project berakhir pada Februari 2021.
Project READI merupakan implementasi kerjasama antara Indonesia dan Kanada dalam bidang aktuaria. Proyek ini didanai Pemerintah Kanada (Global Affairs Canada), PT. Manulife Indonesia dan Sun Life Financial yang dilaksanakan oleh University of Waterloo bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan tujuan utama menjadikan Indonesia sebagai Pusat Keunggulan Ilmu Aktuaria dan Manajemen Risiko di kawasan regional.
Dalam pelaksanaannya, proyek READI juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan. Selain itu, proyek ini juga menjalin kemitraan dengan beberapa perguruan tinggi, BUMN, asosiasi, serta perusahaan asuransi.
Pada suatu kegiatan READI Project yang dilaksanakan tanggal 12 April 2018, sudah mulai dibahas pembentukan suatu asosiasi khusus untuk masyarakat ilmu aktuaria di Indonesia, yang disebut dengan Masyarakat Ilmu Aktuaria Indonesia (Actuarial Science Society of Indonesia). Namun berhubung ada beberapa kejadian sejak 2018, maka pembentukan asosiasi ini tertunda.
Beberapa diskusi sempat diadakan untuk membahas pembentukan asosiasi ini, dan diskusi terakhir pada 16 Februari 2024 di ITB yang dihadiri oleh Divisi Ilmu Aktuaria IndoMS dan beberapa Dosen Aktuaria/Matematika dari ITS, UPH, UNPAR, UGM, ITB.
“Bertepatan dengan KNM XXII dan Kongres IndoMS tahun 2024 di Bengkulu ini, Ketua Divisi Ilmu Aktuaria IndoMS Ibu Dumaria Rulina Tampubolon mengundang para Ketua Prodi dan Dosen Aktuaria/Matematika dari berbagai kampus di Indonesia untuk membahas pembentukan dan pendeklarasian Masyarakat Ilmu Aktuaria Indonesia. Akhirnya, semua peserta rapat sepakat dan pendeklarasian asosiasi MIAktI terjadi di Kota Bengkulu,” papar Siska Yosmar.
Saat ini Ilmu Aktuaria memang belum banyak diketahui orang. Menurut Yosmar, Ilmu Aktuaria (actuarial science) adalah bidang ilmu yang menggunakan teori probabilitas, matematika, statistika dan ekonomi untuk mengukur dan menghitung dampak finansial atas kejadian tak tentu di masa akan datang, untuk menganalisis dan mengelola risiko terutama dalam bidang asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum (termasuk asuransi bencana alam dan reasuransi), dana pensiun, investasi dan perbankan.
Ilmu Aktuaria juga dapat diterapkan dalam pengelolaan risiko di industri lain seperti pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, dan manufaktur. Ilmu Aktuaria mencakup berbagai disiplin terkait, yaitu matematika, statistika, teori peluang, keuangan, ekonomi, dan ilmu komputasi.
“Dengan terbentuknya asosiasi MIAktI ini, kedepannya diharapkan dapat melakukan yang terbaik untuk Indonesia, khususnya dalam pengembangan dan kemajuan bidang Aktuaria serta menjadikan Indonesia sebagai pusat keunggulan Ilmu Aktuaria dan Manajemen Risiko di kawasan regional,” pungkas Siska Yosmar.[Purna Herawan/Humas].