KKN Kolaborasi di Tengah Samudera Hindia, UGM-UNIB Gelar Festival Kanek Enggano

SEBUAH babak baru dalam sejarah kolaborasi pendidikan tinggi Indonesia akan segera terukir di pulau terpencil Enggano, Bengkulu. Festival Kanek Enggano, yang berlangsung mulai hari ini, 12 Agustus hingga 14 Agustus 2024, menjadi puncak dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Bengkulu (UNIB).

Wakil Rektor III Unib Prof. Candra Irawan, ketika melepas mahasiswa peserta KKN Tematik.(foto:ist/hms1)

Wakil Ketua Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Universitas Bengkulu, Mohammad Nur Dita Nugroho, S.T, M.Sc alias Didit dari Enggano melaporkan, selama kurang lebih 45 hari terakhir, 76 mahasiswa dan 5 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dari kedua universitas telah mengabdikan diri mereka di pulau yang terletak di tengah Samudra Hindia ini.

Program ini merupakan kegiatan rutin kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada dan Universitas Bengkulu. Selain itu ada juga KKN Tematik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Program Akselerasi Kurikulum Perguruan Tinggi (AKPT) Prodi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

“KKN kolaborasi ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan akademis dengan realitas kehidupan masyarakat pesisir. Pulau Enggano sendiri merupakan pulau terluar Indonesia yang ada di Provinsi Bengkulu,” kata Didit via WhatsApp kepada Tim Humas Unib, Minggu sore (11/8/2024).

Dituturkan Didit, dirinya bersama Tim P3KKN LPPM dan Humas Unib, telah tiba di Enggano pada Sabtu, 10 Agustus 2024, setelah menempuh perjalanan laut selama 21 jam dari Pelabuhan ASDP Pulau Baai Kota Bengkulu.

Tim P3KKN LPPM Unib, PPID dan Humas ketika berlayar ke Pulau Enggano.(foto:ist/dd).

Perjalanan yang semula diperkirakan memakan waktu 12-18 jam terpaksa diperpanjang karena kapal yang ditumpangi tidak bisa bergerak cepat, akibat badai tropis dan angin tenggara yang menerjang Samudra Hindia.

“Tantangan perjalanan ini menjadi refleksi nyata bagi para mahasiswa tentang kondisi sarana transportasi yang dihadapi masyarakat Enggano sehari-hari. Kondisi ini tentu memberikan pembelajaran tak ternilai bagi mereka,” kata Didit.

Kini, kata Didit, di penghujung program KKN Kolaborasi, Enggano bersiap menyambut Festival Kanek yang berlangsung pada 12-14 Agustus 2024. Festival ini bukan sekadar penutup formal, melainkan manifestasi dari kerja keras dan kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat lokal, dan pemerintah setempat.

Masyarakat Enggano dan pengunjung diundang untuk berpartisipasi dalam Festival Kanek Enggano. Festival rakyat ini merupakan kesempatan langka untuk menyaksikan perpaduan budaya lokal dengan inovasi mahasiswa, serta mendukung upaya pengembangan Pulau Enggano.

Di Desa Apoho, pusat kegiatan festival, Didit melihat langsung kesibukan yang luar biasa. Mahasiswa KKN dengan cekatan mendirikan tenda-tenda, mendekorasi stand pameran, dan mempersiapkan produk kerajinan serta makanan dari UMKM lokal.

Sementara itu, di lapangan desa yang berhadapan dengan kantor kecamatan, pertandingan sepak bola antar desa dalam rangka memeriahkan peringatan HUT RI ke-79 berlangsung meriah, menarik antusiasme warga.

Peserta KKN Kolaboratif di Enggano sedang berdiskusi mempersiapkan Festival Kanek Enggano.(ist/dd)

Festival Kanek Enggano kata Didit, dihadiri langsung oleh para pimpinan Unib dan pimpinan UGM. Kunjungan pimpinan kedua perguruan tinggi terkemuka di Indonesia dan di Bengkulu ini sekaligus melaksanakan monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap program KKN Kolaborasi.

Dijadwalkan, rombongan pimpinan Unib dan pimpinan UGM menuju Enggano menggunakan pesawat Cesna milik maskapai Susi Air yang memang rutin melakukan penerbangan dua kali dalam seminggu, dari Bandara Fatmawati Kota Bengkulu ke Enggano.

Sesampainya di Enggano, rombongan pimpinan Unib dan pimpinan UGM langsung mengunjungi objek wisata alam Bak Blau, dilanjutkan dengan pembukaan resmi Festival Kanek Enggano. Tercatat, festival serupa pertama kali dilakukan pada puncak KKN Kolaborasi UGM-Unib pada 2023 lalu, dihadiri langsung oleh Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri berserta para wakil rektor.

Selain menghadiri pembukaan Festival Kanek, para pimpinan kedua perguruan tinggi ini juga melakukan kegiatan penanaman bibit padi di Desa Kaana dan bibit tanaman buah di Desa Banjarsari. Selain itu, akan diadakan diskusi tentang pelestarian seni dan budaya dengan tokoh adat dan masyarakat Enggano.

Kehadiran dosen dan pimpinan dari UGM dan Unib kata Didit, bukan hanya seremonial belaka. Ini adalah bukti keseriusan kedua institusi pendidikan tinggi tersebut dalam mendukung pembangunan daerah terpencil seperti Enggano.

“Kita semua berharap, program ini bisa menjadi model pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dan menginspirasi program-program serupa di masa depan,” ujarnya.

Peserta KKN Kolaborasi dan panitia sedang mempersiapkan lokasi Festival Kanek Enggano.(foto:ist/dd)

Ditambahkan Didit, melalui program KKN kolaboratif ini, Enggano bukan hanya menjadi laboratorium lapangan bagi para mahasiswa, tetapi juga menjadi cermin bagaimana pendidikan tinggi dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Harapannya, geliat perubahan yang kini terasa di Enggano akan terus bergema, menciptakan dampak berkelanjutan bagi masyarakat pulau ini, jauh setelah para mahasiswa KKN kembali ke kampus mereka.

Dengan berakhirnya KKN kolaborasi ini, diharapkan benih-benih perubahan yang telah ditanam oleh para mahasiswa akan terus tumbuh, membawa kemajuan bagi Pulau Enggano dan inspirasi bagi program-program serupa di masa depan.

“Festival Kanek Enggano bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga simbol harapan dan potensi untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi masyarakat pulau terpencil ini,” pungkas Mohammad Nur Dita Nugroho.

Diberitakan sebelumnya, pada KKN periode ke-102 tahun 2024, Universitas Bengkulu melepas 1.624 mahasiswa untuk melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat di 10 kecamatan dalam Kabupaten Bengkulu Utara, termasuk di Kecamatan Enggano.

Dari 1.624 mahasiswa peserta KKN Tematik MBKM tersebut, ada 68 mahasiswa yang menjadi peserta KKN Kolaborasi Unib – UGM di Pulau Enggano. Kemudian ada juga 20 mahasiswa Prodi Ilmu Kelautan Unib yang melaksanakan KKN Program Akselerasi Kurikulum Perguruan Tinggi (AKPT) Kampus Merdeka Mandiri.

Mahasiswa KKN Kolaborasi di Enggano berkoordinasi dengan Dosen Pembimbing Lapangan.(ist/dd)

Tema besar yang diusung pada KKN Unib periode 102 ini adalah “Membangun Desa untuk Indonedia” dan tema spesifik “Pemberdayaan dan Penguatan UMKM Berbasis Masyarakat untuk Mendukung Sektor Pariwisata Sebagai Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Kabupaten Bengkulu Utara.”

Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc melalui Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Prof. Dr. Candra Irawan, S.H, M.Hum mengatakan, program ini selain bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, juga diharapkan dapat menjadi wadah pengabdian bagi mahasiswa kepada masyarakat.

“Di sini adik-adik akan dihadapkan pada kondisi nyata dan realitas yang sebenarnya, sehingga setelah tamat kuliah nanti adik-adik memiliki pengalaman bagaimana beradaptasi dan mengimplementasikan ilmunya di dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Khusus KKN Kolaborasi Unib–UGM di Enggano, saat ini merupakan yang kedua kalinya setelah sukses dilaksanakan pertama kali pada tahun 2023 lalu. Para mahasiswa disebar di enam desa yang ada di pulau terluar Indonesia itu, dengan melaksanakan program yang menghubungkan edukasi dan kearifan lokal.

Suasana sunset di pinggir pantai Enggano yang indah selalu menjadi hiburan para mahasiswa untuk selalu semangat mengabdi bagi kemajuan pulau di tengah Samudera Hindia.(ist/dd)

Jarak Kota Bengkulu ke Pulau Enggano sejauh 156 Km atau 90 mil laut. Jika tidak ada hambatan, waktu berlayar lebih kurang 12 jam. Secara administratif, pulau ini merupakan satu kecamatan yang masuk wilayah pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, dengan jumlah penduduk lebih kurang 4000 jiwa.

Pada 2 Maret 2017, Presiden Joko Widodo menetapakan Pulau Enggano bersama 110 pulau kecil lainnya sebagai pulau berstatus pulau-pulau kecil terluar. Status tersebut tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar.

Luas Pulau Enggano lebih kurang 400,6 Km2, satu kecematan yang terdiri dari enam desa yaitu Kahyapu, Meok, Malakoni, Kaana, Apoho dan Banjarsari. Jaraknya sekitar Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut.

Pulau di tengah Samudera Hindia ini memiliki peran strategis dalam dunia pertahanan nasional, pembangunan infrastruktur, pengembangan transportasi, revitalisasi pelabuhan, dan jaringan 4G. Di samping itu,  pulau ini juga memiliki keanekaragaman budaya, bermacam plora dan fauna serta berbagai potensi destinasi wisata yang menakjubkan.[Didit/Purna Herawan/Humas].