PSGK Unib Gelar Seminar : Mencari Solusi atas Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

PUSAT Studi Peranan Gender dan Keluarga (PSGK) Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bengkulu (LPPM Unib) menyelenggarakan seminar nasional bertema “Perempuan dan Anak dalam Pusaran Kekerasan” yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Rektorat Unib, Kamis (26/09/2024).

Para Dekan dan Wakil Dekan serta aktivis mahasiswa menghadiri seminar PSGK Unib.(foto:bay)

Acara ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Ainul Mardianti (Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Wilayah Bengkulu), Sulistyowati Irianto (ahli Socio-Legal Universitas Bengkulu), dan Jasra Putra (Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI).

Ketua PSGK Universitas Bengkulu, Dra. Yayah Chanafiah, M.Hum, menyatakan bahwa seminar ini merupakan salah satu program unggulan PSGK, yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bengkulu pada tahun 2024.

Ketua PSGK Unib dan Kepala LPPM Unib ketika menyampaikan sambutan.(foto:bay)

Menurut Yayah, tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi kepada mahasiswa sekaligus mencari solusi atas masalah kekerasan yang semakin marak terjadi terhadap perempuan dan anak.

“Melihat semakin meningkatnya kasus kekerasan, khususnya terhadap perempuan dan anak, kita merasa perlu terlibat aktif. Selain itu, kita perlu membangun empati terhadap permasalahan ini. Sebagai akademisi dan praktisi, kita bisa bersama-sama mencari solusi, baik dalam bentuk afirmasi, kebijakan, maupun penelitian dan kajian,” jelasnya.

Seminar ini juga membahas fenomena yang sering terjadi di kalangan mahasiswa, seperti kekerasan fisik, LGBT, bullying, dan kejahatan lainnya. Oleh karena itu, seminar ini dianggap penting untuk diikuti oleh mahasiswa.

“Mari kita diskusikan isu-isu kekerasan yang terjadi di Indonesia saat ini, seperti kekerasan fisik, LGBT, bullying, dan lainnya. Semoga dengan berdiskusi, kita dapat menyumbang ide dan saran dalam merumuskan kebijakan pemerintah untuk menolong masyarakat,” tutur Yayah Chanafiah.

Foto bersama setelah menggelar seminar perlindungan perempuan dan anak.(foto:bay)

Sementara itu, Ketua LPPM Unib Dr. Ir. Heri Suhartoyo, M.Sc menekankan, peran perguruan tinggi sangat diperlukan dalam merumuskan kebijakan terkait perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan. Oleh sebab itu, seminar ini patut diapresiasi oleh berbagai pihak, mengingat tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin marak akhir-akhir ini.

“Kita prihatin karena akhir-akhir ini tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin marak di tengah masyarakat. Semoga kegiatan ini banyak manfaatnya dalam hal edukasi bagi mahasiswa, serta perumusan ide dan gagasan yang dapat diusulkan kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan,” ujar Heri Suhartoyo.[Bayupi/Purna Herawan/Humas].