UNTUK mendorong terwujudnya visi institusi sebagai World Class University (WCU) yang diamanahkan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), UNIB kian gencar melaksanakan kolaborasi internasional. Selain menjadi penginisiasi, pendiri dan anggota RENPER, MIICEMA, IOAF, ASAIHL, IMT-GT Uninet, dan AATSEA, UNIB baik secara institusi maupun individual dosen juga aktif berkecipung pada ASIAN Learning Network (ALN).
“Terkait peningkatan kerjasama internasional melalui ALN ini, UNIB baru saja terlibat secara aktif pada kegiatan 4th Executive Committee Meeting dan The 2nd Annual General Meeting yang dihelat tanggal 1-4 Agustus 2019 di Universiti Teknologi Malaysia di Johor Bahru Malaysia,” ujar Kapala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kantor Kerjasama dan Layanan Internasional (KSLI) UNIB, Dr. Yansen, kepada Humas UNIB, Senin (19/8/2019).
Dijelaskan Yansen, pada kolaborasi internasional ini ada beberapa kegiatan sukses dilaksanakan, antara lain kegiatan Social Enterprise for Economic Development (SEED) dengan mengunjungi lokasi kegiatan di Pulau Tanjung Surat, perbatasan Malaysia dan Singapura. Selain mengunjungi lokasi, peserta kolaborasi menyusun rencana kegiatan dan aktivitas bersama.
Selanjutnya, melaksanakan kegiatan workshop dalam rangka Transformational Management, 4th Executive Committee Meeting dan 2nd Annual General Meeting. Yang menghadiri berbagai kegiatan ini adalah Ketua KSLI UNIB Dr. Yansen sebagai representasi institusi dan Dr. Titiek Kartika, MA, sebagai salah satu member.
Dalam ASIAN Learning Network kata Dr. Yansen, UNIB adalah salah satu intsitusi anggota. Namun akademisi dapat juga mendaftar sebagai “Individual Member”. Keterlibatan UNIB sebagai “Institutional Member” ALN dimulai sejak tahun 2017, ketika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) didukung pihak universitas sukses menyelenggarakan Council Meeting di UNIB tahun 2017.
“Setelah registrasi formal mid-2018, UNIB secara resmi menjadi Institutional Member ALN,” ujar Yansen, seraya mengatakan bagi dosen UNIB yang tertarik bergabung dengan ALN dapat menghubungi Kepala UPT KSLI.
Menurut Dr. Yansen, selain meningkatkan pergaulan internasional banyak keuntungan bergabung dengan ALN. Sebab ALN memiliki banyak program terkait dengan peningkatan kapasitas lembaga maupun peningkatan kemampuan bagi dosen dan peneliti.
Program ALN antara lain mencakup Kewirausahaan Sosial untuk Pembangunan Ekonomi atau Social Entrerprise for Economic Development (SEED), penelitian bersama, lokakarya dan pelatihan, publikasi dan konferensi, serta peluang kolaborasi antar universitas, mobility program dan lainnya.
Kemudian, ALN akan terus fokus pada pengembangan kapasitas dalam kaitannya dengan “penelitian dan praktik berbasis konteks” dari para anggotanya (baik individual member maupun institutional member), serta masyarakat yang diajak terlibat seperti pada program SEED.
ALN juga fokus pada 2 cluster kerja yang saling terkait dan berbeda tetapi semuanya saling memperkuat dalam ALN. Pertama, terkait penelitian, pelatihan dan pengembangan berbasis konteks, termasuk penyebaran pengetahuan yang meliputi kegiatan seminar, lokakarya, konferensi dan publikasi SEED. Kedua, kegiatan pertukaran dan kolaborasi antar universitas secara internasional, termasuk semua jenis kegiatan kolaboratif bermakna, berkembang, dan bernilai tambah.
Sebagai kegiatan utama ALN saat ini adalah program SEED. Ini merupakan produk yang sangat berharga dan sangat terlihat dari kedua fokus kegiatan ALN. “Informasi lebih lanjut tentang ALN dapat diakses pada laman http://aseanlearningnetwork.org dan bagi dosen yang tertarik bergabung sebagai member ALN, silahkan hubungi kami di UPT KSLI,” demikian Dr. Yansen.[Hms1].