UNIVERSITAS BENGKULU

RANGKAIAN kegiatan dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) ke 68 tahun 2014 yang dipusatkan di Bengkulu, diwarnai lokakarya Jurnalistik bertajuk literasi media di kampus Universitas Bengkulu.

Kegiatan yang dihelat Jumat (7/2/2014) di ruang rapat utama gedung rektorat Unib tersebut merupakan hasil kerjasama Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pemerintah daerah dan Universitas Bengkulu.

Acara itu menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Tifatul Sembiring, sebagai keynote speaker. Kemudian pembicara lainnya Gubernur Bengkulu H. Junaidi Hamsyah dan Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi.

Kemudian acara yang dihadiri para dosen, para praktisi pers dari berbagai daerah dan ratusan mahasiswa dan pelajar itu dilanjutkan diskusi panel yang dimoderatori oleh Slamet Mulyani (PRSSNI).

Sebagai narasumber pada diskusi literasi media itu merupakan tokoh-tokoh yang expert di bidangnya, seperti Prof. Bagir Manan (Dewan Pers), Dirjen Komunikasi dan Informasi Publik Kemenfo Freddi H. Tulung, Priyambodo (PWI), dan A.A. Ariwibowo (LKBN Antara).

Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc pada kesempatan itu mengatakan, sangat bahagia dan berbangga karena pada peringatan Hari Pers Nasional tahun ini, Unib bisa berpartisipasi serta ikut memeriahkannya, salah satunya dengan menjadi tuan rumah penyelenggaraan lokakarya literasi media.

Terkait dengan pers, Rektor menilai bahwa saat ini memang literasi media harus ditingkatkan dan dapat dipahami oleh seluruh kalangan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dalam mengkonsumsi informasi, tidak menelan mentah-mentah berbagai informasi yang disajikan pers. “Masyarakat harus bijak dan menyaring informasi yang disebarluaskan media, sehingga tidak terbawa arus informasi yang salah dan menyesatkan,” ujarnya.

Pers Sehat Berbahasa Baik

Tema besar peringatan HPN tahun ini adalah “Pers Sehat Rakyat Berdaulat.” Bagaimana pers yang sehat ? Menurut Menkoinfo, Tifatul Sembiring, salah satu indikasi pers yang sehat adalah berbahasa baik, santun dan mencerdaskan masyarakat.

“Pers yang sehat akan menggunakan bahasa yang baik dan tidak menebar kebencian,” ujarnya di hadapan peserta lokakarya Literasi Media.

Menurutnya, bahasa yang santun dan baik sudah diwariskan pendahulu dengan nilai sastra yang tinggi. “Seperti pantun dan gurindam di masyarakat Melayu yang memiliki nilai estetika bahasa yang tinggi dan santun, ini perlu dimasyarakatkan,” ujarnya.

Ia mengatakan bahasa adalah cerminan bangsa dan media massa dari sisi edukasi dari pencerahan memiliki peran penting. “Ini menjadi masukan dalam momen Hari Pers Nasional 2014 ini agar media lebih menggunakan bahasa yang baik dan santun,” katanya.

Selain memberi pencerahan tentang bagaimana mewujudkan pers yang sehat, pada acara lokakarya itu, Tifatul Sembiring juga memuji keindahan Bengkulu dan keramahtamahan masyarakat di daerah ini.

Pujian itu diungkapkannya melalui sebuah pantun, “Buah mengkudu diaduk secara merata, kalau sudah di Bengkulu malas balik ke Jakarta,” tutur Tifatul disambut tepuk tangan meriah oleh peserta lokakarya.

Tiga Kreteria Pers Sehat

Pembicara lainnya, Ketua Dewan Pers Bagir Manan, pada lokakarya Jurnalistik tentang literasi media itu mengungkapkan,  ada tiga kreteria yang harus dimiliki media massa atau pers, sehingga dapat dikatakan pers sehat.

Kreteria pertama, pers harus merdeka. “Merdeka dalam arti tidak diintervensi oleh pihak manapun termasuk oleh pengusaha pemilik media.

Kedua, pers harus profesional. Dalam arti, bukan hanya menguasai keterampilan teknis dan ilmu jurnalistik, tetapi harus memiliki integritas dan mentaati serta menegakkan kode etik jurnalistik.

“Sedangkan kriteria ketiga adalah media massa harus komitmen terhadap sifat alamiah, dimana pers merupakan institusi sosial yang harus mengedepankan kepentingan publik,” ucapnya.[hms1]

Skip to content