SEBUAH pulau kecil terluar Indonesia yang berada di tengah Samudera Hindia, kini sedang menjadi saksi perubahan besar di bidang pertanian dan agrowisata. Pasalnya, di tengah rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) program KKN Kolaborasi UGM-Unib, para pimpinan dari kedua perguruan tinggi terkemuka di Indonesia dan Bengkulu ini, juga melakukan inovasi yang dapat dikenang sepanjang masa.
Inovasi tersebut berupa penanaman bibit padi varietas unggul Gamagora 7 di areal persawahan Desa Kaana, dan penanaman 2.500 bibit tanaman buah-buahan di lahan seluas lebih kurang 25-50 Ha di Desa Banjarsari yang diproyeksikan sebagai lokasi agrowisata.
Kegiatan ini berlangsung hari Selasa, 13 Agustus 2024, dilaksanakan secara bergotong royong, kolaboratif antara pimpinan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan pimpinan Universitas Bengkulu (Unib), para mahasiswa dan dosen pendamping KKN Kolaboratif, Camat Enggano dan jajaran, Kepala Desa setempat, Kapolsek dan Danramil, serta didukung BPDAS Ketahun Bengkulu untuk pengadaan bibit tanaman buah.
Koordinator Pelaksana P3KKN Unib, Ayub Sugara, S.Kel, M.Si yang berada di lokasi kegiatan mengatakan, kunjungan dan Monev yang dilakukan pimpinan UGM dan Unib menandai puncak dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi 76 mahasiswa yang sudah berlangsung selama 45 hari.
“Pada kegiatan Monev kali ini, selain memantau kegiatan mahasiswa, para pimpinan UGM dan Unib berserta unsur pemerintah setempat , melakukan inovasi sektor pertanian dan agrowisata, berupa penanaman bibit padi Gamagora 7 dan penanaman bibit tanaman buah di lokasi yang direncanakan sebagai pusat agrowisata di Pulau Enggano. Inovasi ini membawa harapan baru bagi ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi pulau terluar Indonesia ini,” ujarnya.
Dijelaskan Ayub, panggilan akrab Ayub Sugara, rombongan pimpinan UGM dan Unib yang hadir termasuk Prof. Dr. Wening Udasmoro, SS, M. Hum, DEA (Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran), Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T, M.Eng, Ph.D (Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Aset dan Sistem Informasi), Dr. Djarot Heru Santoso, M. Hum. (Sekretaris DPKM UGM), Prof. Dr. Mochamad Lutfi Firdaus, S.Si, M.T (Wakil Rektor Unib Bidang Akademik), dan Dr. Bustanuddin Lubis, SS, M.A (Ketua P3KKN LPPM UNIB).
Kegiatan Monev KKN dimulai pukul 09.00 WIB di Desa Ka’ana, dengan fokus pada program ketahanan pangan. Acara diawali dengan penyerahan dan penanaman bibit padi varietas unggul Gamagora 7 di areal persawahan desa setempat.
Pada acara ini, Dosen Pembimbing Lapangan KKN Kolaborasi Enggano dari UGM, Dr. Ir. Hatma Suryatmojo, S. Hut, M. Si, IPU mengatakan, bibit padi varietas unggul Gamagora 7 merupakan hasil riset intensif selama 17 tahun.
“Riset awal dimulai pada tahun 2006 oleh Pusat Inovasi Agroteknologi UGM, dan pada 28 Maret 2023, kami akhirnya mendapatkan SK pelepasan varietas dari Kementerian Pertanian,” ujarnya.
Gamagora 7 bukan sekadar varietas padi biasa. Dengan umur panen 104 hari dan produktivitas mencapai 8 ton/ha di sawah tadah hujan dan 10 ton/ha di sawah irigasi, varietas ini menjanjikan revolusi dalam produksi beras di daerah terpencil.
“Keunikannya terletak pada sifat amfibi,” tambah Dr. Suryatmojo. “Padi ini mampu beradaptasi di lahan dengan kondisi air yang beragam, ideal untuk pulau seperti Enggano yang sering menghadapi tantangan cuaca ekstrem,” tuturnya.
Enggano, kata Mayong, panggilan akrab Dr. Suryatmojo, merupakan lokasi pertama di pulau terluar untuk area penanaman padi varietas Gamagora 7 ini. Harapannya, dengan adanya padi ini dapat memberikan kontribusi bagaimana menciptakan ketahanan pangan, sehingga mengurangi ketergantungan dari daerah lain, apalagi saat badai.
“Kami titip pantau dengan Pak Camat, Pak Kades dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya, agar hasil kegiatan penanaman padi hari ini mampu berproduksi sebagaimana yang diharapkan,” pungkas Dr. Suryatmojo.
Kemudian, Prof. Wening Udasmoro di acara yang sama menekankan, fokus KKN UGM pada kedaulatan pangan dan lingkungan. “Kami berupaya meningkatkan produktivitas di lahan terbatas dan rentan seperti di Pulau Enggano,” ujarnya.
Kolaborasi multi-pihak dalam memajukan sektor pertanian dan agrowisata ini kata Prof. Wening, diharapkan dapat memperkuat dampak positif program KKN Kolaborasi terhadap masyarakat Pulau Enggano.
Sebagai pulau terluar Indonesia di Samudera Hindia, Enggano menghadapi tantangan unik dalam hal ketahanan pangan dan pengembangan ekonomi. “Program KKN kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi katalis perubahan, mendorong kemandirian pangan, dan membuka peluang ekonomi baru melalui agrowisata,” paparnya.
Di samping itu tambah Prof. Wening, kegiatan monev KKN yang dibarengi dengan kegiatan inovasi bidang pertanian dan agrowisata ini, merupakan bukti komitmen UGM dan Unib dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam konteks pemberdayaan masyarakat di daerah terpencil.
“Hasil dari program ini akan terus dipantau untuk memastikan keberlanjutan dan kedaulatan pangan bagi masyarakat Pulau Enggano,” pungkasnya.
Setelah kegiatan di Desa Ka’ana, kata Ayub, rombongan bergerak menuju Desa Banjarsari pukul 11.00 WIB. Di sini, fokus kegiatan beralih pada pengembangan kawasan agrowisata alam. Sebanyak 2.500 bibit tanaman buah, termasuk durian, alpukat, jambu, dan mangga, diserahkan untuk ditanam di enam desa di Kecamatan Enggano. Bibit-bibit ini merupakan bantuan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Ketahun, Bengkulu.
Pada kegiatan ini, Dr. Suryatmojo mengatakan, ini adalah tindak lanjut dari KKN Kolaborasi UGM-Unib tahun 2023. Desa Banjarsari memiliki potensi besar tidak hanya dalam pariwisata, tetapi juga perkebunan buah.
“Dengan bibit tersertifikasi dan produktif ini, kami berharap dapat mendiversifikasi produk pertanian Banjarsari, yang selama ini dikenal dengan pisang dan melinjonya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua P3KKN LPPM Unib Dr. Bustanuddin Lubis pada acara ini menekankan tentang pentingnya keberlanjutan program. “Kami akan terus memantau perkembangan program ini, dari penanaman hingga panen. Kolaborasi antara UGM dan Unib tidak berhenti hari ini, tetapi akan berlanjut dalam bentuk pendampingan jangka panjang,” tegasnya.
Sebagai pulau terluar Indonesia di Samudera Hindia, Enggano menghadapi tantangan unik. Dengan luas sekitar 400 km² dan populasi hanya sekitar 3.000 jiwa, pulau ini sering terisolasi dari daratan Sumatera ketika cuaca buruk.
“Program KKN kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi katalis perubahan, mendorong kemandirian pangan, dan membuka peluang ekonomi baru melalui agrowisata,” kata Dr. Bustanuddin Lubis.
Camat Enggano, Susanto MD, S.Pd, menyambut baik inovasi bidang pertanian dan inisiatif bidang agrowisata yang dilaksanakan sebagai rangkaian KKN Kolaborasi UGM-Unib tahun 2024 ini.
“Kami sangat mengapresiasi kontribusi UGM dan Unib untuk Pulau Enggano. Semoga bibit padi Gamagora 7 ini dapat berkembang dan cocok dengan kondisi daerah kami. Dan begitu juga dengan bibit buah, semoga dapat tumbuh subur di agrowisata Banjarsari serta menghasilkan buah yang berlimpah,” ungkapnya.
Kepala Desa Banjarasari, Winarto Rudi Setiawan, S.Sos, tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya. “Program KKN kolaborasi ini telah membuka wawasan masyarakat kami. Selain pengembangan agrowisata, mahasiswa juga telah memperkenalkan teknik pengolahan seperti pembuatan presto dan abon, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk lokal kami,” jelasnya.
Setiawan juga mengungkapkan rencana ambisius desanya. “Kami memiliki 25-50 hektare lahan yang saat ini berfungsi untuk menjaga sumber air tawar. Dengan adanya bibit tanaman buah ini, kami berharap dapat mengembangkannya menjadi hutan wisata buah-buahan, menciptakan destinasi agrowisata unik di Pulau Enggano,” ujarnya.
Malam harinya, kata Ayub, rombongan pimpinan UGM dan Unib akan menghadiri Festival Kanek Enggano. Festival Kanek ini akan mencapai puncaknya dengan expo KKN Kolaborasi UGM dan Unib, merayakan pencapaian dan membuka harapan baru bagi masa depan Pulau Enggano.[Didit/Bayupi/Purna Herawan/Humas].