SUDAH tiga hari ini Bunga Bakai yang diketahui berjenis Amorphophallus Paeoniifolius mekar di pekarangan kampus Universitas Bengkulu, tepatnya di bawah pohon Sirsak dekat halaman Sekretariat Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi, sebelah kiri gedung Agronomi Fakultas Pertanian UNIB. Fenomena jaring terjadi ini cukup menyita perhatian mahasiswa dan dosen yang langsung mendatangi lokasi.
“Memang sudah tiga hari ini, sejak tanggal 10 September, Bunga Bangkai ini mekar dan banyak dikunjungi mahasiswa dan dosen. Setahu kami, Bunga Bangkai ini tumbuh begitu saja, tidak ditanam atau dikembangkan secara sengaja,” ujar salah seorang mahasiswa Fakultas Pertanian seraya menunjukkan lokasi mekarnya Bunga Bangkai, depan Sekretariat Hima Agroekoteknologi.
Sejak tersiar kabar tentang mekarnya Amorphophallus Paeoniifolius itu baik melalui cerita dari mulut ke mulut maupun melalui sosial media, berkembang spekulasi bahwa Bunga Bangkai itu di-culture-kan atau sengaja dibudidayakan di pekarangan kampus UNIB. Spekulasi ini cukup meyakinan karena salah satu keunikan yang diusung UNIB dalam mewujudkan universitas kelas dunia (World Class University) adalah Tropical Rain Forest.
Salah seorang dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian UNIB, Dr. Ir. Agus Susatya, M.Sc kepada Tim Humas membenarkan bahwa bunga langka yang tumbuh di pekarangan gedung Agronomi Fakultas Pertanian itu merupakan jenis Bunga Bangkai atau Amorphophallus spisies Paeoniifolius. “Bunga bangkai ini biasanya tumbuh di daerah tropis dan sering dijumpai di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.
Informasi dihimpun dari Wikipedia Bahasa Indonesia pada laman https://id.wikipedia.org, Amorphophallus adalah nama marga tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae). Bunga dan tumbuhan vegetatifnya (daun) tumbuh bergantian. Bunganya pada waktu-waktu tertentu mengeluarkan bau bangkai yang keras, sehingga umum dinamai sebagai bunga bangkai.
Bunga Bangkai beranggotakan sekitar 200 spesies, herba berumbi ini menyebar di wilayah tropika dan ugahari. Nama ilmiahnya berasal dari bentuk bunganya yang menyerupai penis rusak (Gr.: amorphos, bentuk yang rusak; phallos, alat kelamin lelaki).
Umbi dan bagian-bagian lain dari tanaman mengeluarkan getah yang gatal. Namun umbi dari beberapa jenisnya dapat dimakan setelah diproses dengan cara tertentu, atau diolah lebih lanjut menjadi tepung bahan kue-kue dan makanan lain.
Tumbuhan berupa terna atau herba, dengan umbi di bawah tanah. Fase vegetatif (daun) tumbuh bergantian dengan fase generatif (bunga dan buah). Beberapa jenis berukuran kecil, namun beberapa yang lain tumbuh meraksasa. Umbi bulat gepeng atau agak gepeng, ada pula yang agak silindris memanjang tak beraturan, hingga serupa wortel. Daun biasanya soliter pada tumbuhan dewasa, jarang-jarang 2-3, meskipun kadang-kadang 2-3 helai pada yang muda. Tangkai daun biasanya panjang, halus, jarang-jarang kasar berbintil, biasanya dengan pola-pola loreng dari pelbagai warna dan bentuk. Helaian daun kurang lebih membundar pada garis besarnya, majemuk, terbagi dalam 3 poros utama yang kurang lebih sama besarnya, masing-masing terbagi-bagi lagi dalam anak-anak daun bentuk jorong-lonjong hingga bentuk garis, dengan ujung meruncing atau berekor, anak daun yang ujung paling besar.
Bunga bangkai merupakan tumbuhan dataran rendah dari wilayah tropika dan ugahari, menyebar dari Afrika barat ke timur hingga kepulauan di Samudra Pasifik. Jenis-jenisnya tidak ditemukan di Amerika, walaupun ada sejenis kerabatnya yang tumbuh di sana, yakni Dracontium.
Terna ini kebanyakan didapati tumbuh di hutan-hutan hujan dataran rendah, hutan musim, termasuk pula di hutan-hutan yang terganggu, hutan sekunder dan lahan-lahan pertanian. Jarang didapati di tanah kapur, bunga bangkai kadang-kadang ditemukan tumbuh di lapangan-lapangan yang terbengkalai.
Banyak jenisnya yang bersifat endemik. Dari sekitar 25 spesies yang tumbuh di Indonesia, 18 di antaranya endemik: delapan spesies menyebar terbatas di Sumatera, lima di Jawa, tiga di Kalimantan, dan satu spesies endemik Sulawesi.[Feri/Hms1/net]