DIREKTUR Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti), Prof. Ismunandar, Ph.D, mengimbau UNIB dapat meningkatkan output dan outcome agar menjadi universitas bedaya saing dan mampu memperbaiki peringkat dalam proses klasterisasi perguruan tinggi se Indonesia.
Hal itu diungkapkan pada kuliah umum yang diikuti ratusan mahasiswa UNIB, Jumat (20/9/2019), di ruang rapat utama rektorat UNIB. Kegiatan ini dibuka dan dipandu Rektor UNIB Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc, Ak, yang bertindak sebagai moderator. Tampak hadir pula Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Lizar Alfansi, MBA, Ph.D, Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama Dr. Ardilafiza, SH, M.Hum, para Dekan dan Wakil Dekan dari delapan fakultas selingkung UNIB, serta pimpinan lembaga dan unit kerja lainnya.
“Saya mengapresiasi UNIB yang menduduki peringkat 114 dari 4000-an perguruan tinggi se Indonesia dalam Klasterisasi Perguruan Tinggi tahun 2019. Ke depan, diharapkan UNIB dapat meningkatkan output dan outcome sehingga peringkatnya lebih bagus dan mampu menjadi universitas berdaya saing tinggi,” ujar Prof. Ismunandar.
Dijelaskan, ada 4 (empat) indikator klasterisasi perguruan tinggi saat ini, yaitu Input, Proses, Output dan Outcome. Indikator Input antara lain melihat seperti apa rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen, dosen dalam jabatan Lektor Kepala dan Guru Besar, dosen berpendidikan S3, jumlah mahasiswa asing dan jumlah dosen asing. Kemudian Indikator Proses mencakup akreditasi institusi BAN-PT, akreditasi program studi BAN-PT, pembelajaran daring, kerjasama perguruan tinggi, kelengkapan laporan PD DIKTI, dan laporan keuangan.
Lalu, indikator Output mencakup jumlah artikel ilmiah terindeks per dosen, kinerja penelitian, kinerja kemahasiswaan (prestasi yang dihasilkan mahasiswa), dan jumlah program studi terakreditasi internasional. Serta indikator Outcome mencakup kinerja inovasi, persentase lulusan yang memperoleh pekerjaan dalam waktu 6 bulan, jumlah sitasi per dosen, jumlah paten per dosen, dan kinerja pengabdian kepada masyarakat.
“Dari empat indikator itu, skor UNIB di output dan outcome masih sangat kecil. Oleh sebab itu, kinerja penelitian harus ditingkatkan dan jumlah artikel ilmiah terindeks serta paten dari masing-masing dosen harus didorong terus,” papar Prof. Ismunandar.
Pada kuliah umum ini, Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang meraih Ph.D di Departement Chemistry University of Sydney – Australia ini memaparkan topik tentang “Penyiapan Lulusan UNIB Menghadapi Tantangan Industri 4.0.”
Pria kelahiran Purwodadi, 9 Juni 1970 yang pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITB ini mengatakan, pada era industri 4.0, teknologi akan melahirkan berbagai profesi yang sebelumnya belum ada. Sebaliknya, dipredikasi pada 2030 sekitar 12 persen pekerjaan yang ada saat ini akan hilang karena digantikan sistem otimasi. Oleh sebab itu, Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital.
“Bayangkan suatu hari, dengan memanfaatkan big data, artificial intelegent, robotik, yang diintegrasikan dalam beragai aspek kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, industri, keuangan dan lain sebagainya. Tentu pola kehidupan akan berubah drastis. Kecanggihan teknologi akan mendukung layanan dan kenyamanan hidup manusia secara berkelanjutan,” ujarnya.
Bagaimana peran perguruan tinggi menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di era industri 4.0 ? Kata Prof. Ismunandar, di bidang kemahasiswaan perguruan tinggi harus merespon cepat perubahan dengan membuka prodi baru yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Kemudian melakukan reorientasi kurikulum, mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis online/blended learing, serta memperkuat kegiatan kemahasiswaan baik hard maupun soft skill, meningkatkan kewirausahaan, dan pemahaman kebudayaan yang beragam.
Kemudian menyangkut dosen, perlu diberikan pelayanan prima untuk kenaikan pangkat, peningkatan kompetensi, memberikan dukungan untuk kegiatan penelitian dan lain sebagainya, serta mendorong agar dosen mampu menjadi motor jiwa kewirausahaan.
Dan menyangkut pelayanan kepada masyarakat, perguruan tinggi harus meningkatkan keunggulan penelitian, keskolaran, kreativitas, serta kegiatan entrepreneurial yang berdampak langsung kepada masyarakat.
Berikutnya, peran perguruan tinggi adalah mengembangkan kapasitas literasi baru disertai dengan penguatan softskill kepemimpinan dan pengambil kebijakan yang tidak dimiliki artificial intelegent atau robot. Literasi baru tersebut mencakup literasi data (big data), literasi teknologi seperti coding, serta literasi manusia (humanities).
“Kita harus menerapkan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learing), sehingga perguruan tinggi akan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki spirit (seperti bajak laut) dan juga skills (seperti nelayan). Tanpa spirit dan skills yang mumpuni, para lulusan akan uslit menjadi entrepreneur sukses,” ucap Prof. Ismunandar.
Di akhir kuliah umum, Rektor memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk bertanya dan memberikan pendapat. Kesempatan ini disambut antusias oleh mahasiswa, namun karena keterbatasan waktu hanya lima mahasiswa yang bertanya dan mengomentari.
Pertanyaan dan komentar mahasiswa ditanggapi dengan penuh semangat oleh Prof. Ismunandar. Pada akhirnya Dia menyimpulkan paparan kuliah umum ini dengan memberikan tiga himbauan kepada mahasiswa dan generasi muda umumnya.
Tiga himbauan tersebut, pertama mahasiswa harus mempunyai kompetensi akademik, menguasai literasi baru dan keterampilan abad ke-21 yang baik, sebagai modal dasar pembangunan nasiona dan dunia. Kedua, mahasiswa harus menjadi warga negara Indonesia yang baik, memiliki moralitas, empati, toleran, serta menjadi problem solvers bagi pembangunan nasional dan dunia. Dan ketiga, mahasiswa harus mempunyai hasrat untuk memimpin, mengubah Indonesia dan dunia menjadi lebih baik. Demikian Prof. Ismunandar.[Hms1].