MALAM puncak Festival Kanek dan Expo Enggano yang diselenggarakan mahasiswa KKN Kolaborasi UGM-Unib dimeriahkan berbagai penampilan kesenian dan budaya, salah satunya seni drama berjudul “The Legend of Enggano” yang menceritakan tentang asal usul Pulau Enggano.
Drama ini diperagakan oleh para mahasiswa KKN yang telah mendapatkan bahan cerita dari penuturan para orang tua dan tokoh masyarakat selema mereka melaksanakan KKN Kolaborasi sejak 1 Juli 2024 lalu.
Bahkan tak hanya mengkisahkan asal usul Pulau Enggano dari sejak zaman nenek moyang, zaman penjajahan hingga menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti sekarang, tapi drama ini juga menceritakan asal usul penghuni Pulau Enggano dan terbentuknya 5 (lima) suku asli Enggano.
“Dari pentas drama tadi malam, kita dapat mengetahui tentang asal usul terbentuknya 5 suku asli yang mendiami pulau terluar Indonesia ini. Kelima suku tersebut, yaitu Kaitora, Ka’arubi, Kauno, Ka’ahoao, Ka’amay. Sungguh kisah yang sangat menarik dan drama itu telah menambah kemeriahan festival kanek,” ujar Bayupi Aldi Pratama, staf Humas Unib, yang meliput langsung ke lokasi acara, di Desa Apoho, Selasa (13/8/2024).
Selain pementasan drama “The Legend of Enggano” oleh mahasiswa, malam festival ini juga dimeriahkan penampilan tari tradisional adat Enggano oleh kaum bapak-bapak dan ibu-ibu, serta anak-anak. Menariknya, para penari menggunakan kostum adat yang terbuat dari daun yang disusun sedemikian rupa sehingga menutup bagian-bagian tubuh.
“Tarian adat Enggano ini tanpa diiringi alat musik, melainkan lantunan lagu-lagu berbahasa Enggano oleh para penari itu sendiri. Nyanyian kompak dari para penari juga seirama dengan gerakan tari. Jangankan para mahasiswa, saya sendiri berdecak kagum menyaksikan tarian adat yang berdurasi lebih kurang 15 menit itu,” ujar Bayupi.
Festival atau expo ini sendiri mengangkat tema “Pattern of Enggano : Merayakan Kembali Cerita Yang Tersembunyi.” Acara ini sebagai puncak kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada bersama Universitas Bengkulu yang bertajuk Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kedaulatan Pangan, Pariwisata dan Kebudayaan Lokal di Pulau Enggano.
Di sekitar lokasi, tepatnya di halaman kantor Camat Enggano, berjejer stand pameran kelompok KKN dari enam desa se Kecamatan Enggano. Di stand ini, para mahasiswa memajang hasil-hasl produk Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UKM) yang potensial dikembangkan dari masing-masing desa.
“Ada emping melinjo, ikan asin, nugget ikan dan berbagai kuliner berbahan serba ikan. Ini karena Enggano adalah pulau yang terletak di tengah Saumdera dan sebagian besar peduduk berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, ada juga berbagai kerjinan tangan dari kreativitas mahasiswa dan masyarakat desa masing-masing,” ujar Ketua P3KKN Unib, Dr. Bustanuddin Lubis yang juga berada di lokasi festival.
Selain di stand pameran kata Dr. Bustanuddin Lubis, setiap kelompok peserta KKN Kolaborasi UGM-Unib juga mempresentasikan potensi pariwisata di setiap desa. Sebab, enam desa yang ada di Enggano ini memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan indah termasuk potensi wisata.
“Tergambar dengan jelas, festival atau expo yang dilaksanakan tanggal 12-14 Agustus ini bukan sekedar formalitas pemuncak kegiatan KKN, melainkan manifestasi dari kerja keras dan kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat lokal, dan pemerintah setempat,” kata Bustanuddin Lubis.
Kegiatan expo atau festival kanek Enggano tahun ini juga dihadiri para pimpinan UGM dan Unib. Dari Unib ada Wakil Rektor Unib Bidang Akademik Prof. Dr. Mochamad Lutfi Firdaus, S.Si, M.Si, Koordinator Pelaksana KKN Unib Ayub Sugara, S.Kel, M.Si, Wakil Ketua Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Unib Mohammad Nur Dita Nugroho, S.T, M.Sc.
Kemudian dari UGM ada Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Prof. Dr. Wening Udasmoro, SS, M.Hum, DEA, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset dan Sistem Informasi Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T, M.Eng, Ph.D dan Sekretaris DPKM UGM Dr. Djarot Heru Santoso, M.Hum.
Kehadiran para pimpinan dan dosen UGM dan Unib ini kata Bustanuddin, bukan seremonial melaksanakan monitoring dan evaluasi (Monev) KKN belaka. Tapi merupakan bukti keseriusan kedua institusi pendidikan tinggi ini dalam mendukung pembangunan daerah terpencil seperti Enggano.
“Kita semua berharap, program ini bisa menjadi model pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dan menginspirasi program-program serupa di masa depan,” ujarnya.
Khusus peserta dari Unib tambah Dr. Bustanuddin Lubis, KKN kali ini bukan KKN reguler biasa, tetapi KKN Tematik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan skema kegiatan Membangun Desa. Kegiatan ini direkognisi dalam 10-16 sks dan dikonversikan nilainya ke dalam kurikulum oleh program studi masing-masing.
Kemudian, ada 20 peserta dari Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Unib yang melaksanakan KKN Tematik dalam skema program Akselerasi Kurikulum Pembelajaran (AKPT) untuk Mendukung Kampus Merdeka Mandiri. “Ke 20 mahasiswa ini juga mendapatkan konversi 10-16 sks,” ungkap Bustanuddin Lubis.
Melalui program KKN kolaboratif ini kata Bustanuddin Lubis, Enggano bukan hanya menjadi laboratorium lapangan bagi para mahasiswa, tetapi juga menjadi cermin bagaimana pendidikan tinggi dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional.
“Harapannya, geliat perubahan yang kini terasa di Enggano akan terus bergema, menciptakan dampak berkelanjutan bagi masyarakat pulau ini. Benih-benih perubahan yang telah ditanam oleh para mahasiswa akan terus tumbuh, membawa kemajuan bagi pulau terpencil ini dan inspirasi bagi program-program serupa di masa depan,” pungkasnya.[Didit/Bayupi/Purna].