UNIVERSITAS BENGKULU

SEKITAR 300 mahasiswa Universitas Bengkulu, Senin siang (9/12) di ruang rapat utama gedung rektorat Unib, mengikuti kuliah umum bertajuk “Industri Hulu Migas di Indonesia : Kemungkinan Explorasi dan Exploitasi Minyak di Bengkulu.”

Kegiatan yang diselenggarakan SKK Migas dan Total E&P Mentawai B. V bekerjasama dengan bagian Kemahasiswaan Universitas Bengkulu tersebut dibuka secara resmi oleh Rektor Unib Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc. Narasumber yang dihadirkan merupakan tenaga ahli bidang minyak bumi dan gas dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yaitu Dr. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc

Rektor Unib menyambut baik kegiatan ini dan berharap dapat menambah pengetahuan serta memberikan pengkayaan ilmu bagi para mahasiswa. Rektor juga menilai kegiatan seperti ini sangat penting, karena perusahaan asing di bawah bendera Total E&P Group akan melakukan proses expolitasi dan explorasi minyak di laut Bengkulu.

Biasanya mahasiswa selalu mengemukakan pertanyaan kritis, kenapa proses expolitasi dan explorasi minyak dan gas yang nota bene kekayaan alam Indonesia diserahkan kepada pihak asing, kenapa tidak dilakukan perusahaan negara seperti PT Pertamina (Persero) ?

“Contoh pertanyaannya kritisnya seperti itu. Nah, melalui kegiatan semacam ini pertanyaan tersebut akan terjawab. Pihak SKK Migas dan investor Total E&P Group bisa memberikan informasi bermutu langsung kepada mahasiswa, dan antar pihak bisa saling berdialog. Oleh sebab itu, kegiatan ini sangat penting,” ujarnya.

Rektor menambahkan, pada kuliah umum ini, mahasiswa yang dihadirkan berasal dari  fakultas yang relevan dengan materi atau tema yang akan dipaparkan, yaitu mahasiswa FMIPA dan Fakultas Teknik. Jumlah mahasiswa yang hadir ini merupakan bagian kecil dari mahasiswa Unib yang mencapai 15 ribu mahasiswa.

“Saat ini mahasiswa Unib mencapai 15 ribu mahasiswa, dengan 34 program studi reguler (S1), 13 program pascasarjana (S2) dan 3 Program Studi Doktor (S3). Hingga sekarang jumlah alumni sudah mencapai 36 ribu orang. Jadi, mahasiswa yang hadir di ruangan ini hanya sebagian kecil saja,” papar Dr. Ridwan seraya menyampaikan selayang pandang tentang Unib.

District Manager Total E&P Indonesia Mentawai B.V Avep Disasmita, pada kesempatan itu menjelaskan, kuliah umum ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa berbagai hal tentang industri minyak dan gas.

Total E&P Group Indonesia sendiri merupakan investor dari Perancis yang sudah lama beroperasi di Indonesia. “Investor ini berasal dari luar negeri yang sudah 45 tahun beroperasi di Indonesia. Selama ini pengeboran minyak terbesar dilakukan di Kalimantan,” ujarnya.

Terhadap pertanyaan kritis yang selalu mengemuka di tengah masyarakat, tentang mengapa eksplorasi dan exploitasi minyak dan gas diserakan ke pihak asing ? Menurut Avep Disasmita, dikarenakan kegiatan tersebut membutuhkan pembiayaan cukup besar, teknologi tinggi dan resikonya juga sangat besar. “Atas dasar itu, pemerintah memberikan kepercayaan kepada investor asing,” ujarnya.

Dijelaskan Avep, saat ini Total E&P Group Indonesia diberi kepercayaan oleh pemerintah melalui SKK Migas untuk melakukan exploitasi dan explorasi minyak di lepas pantai Blok Bengkulu I – Mentawai.

“Kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) antara perusahaan dengan pemerintah lewat SKK Migas sudah ditandatangan pada Oktober 2012 lalu. Total sendiri menjadi pemegang 100% participating interest dari PSC ini,” ujarnya.

Blok eksplorasi ini terletak di kawasan lepas pantai Selat Bengkulu yang meliputi wilayah seluas 8.034 km2 dengan kedalaman laut berkisar 400–1.000 meter. 

Pengeboran itu guna melihat kandungan yang ada di perut bumi Bengkulu.  Jika terbukti mengandung minyak dan gas (migas) maka akan dilakukan pemetaan yang lebih dalam.

“Pengeboran di lepas pantai itu akan dilakukan di kedalaman kurang lebih 950 meter.  Operasinya sekitar 60 – 90 hari,” ujarnya. “Bila upaya ini berhasil, nisca akan memberikan keuntungan bagi kemajuan Provinsi Bengkulu, tambahnya.

Tahapan eksplorasi yang direncanakan perusahaan akan memakan waktu selama 3 tahun mulai dari environmental baseline assessment (EBA), survei geofisika, pengeboran sampai survey seismik 3 dimensi di lepas pantai Bengkulu. 

“Investasi yang paling mahal di situ karena butuh sewa anjungan. Nilai total investasi untuk eksplorasi selama 3 tahun ke depan ini sebesar US$40 juta atau sekitar Rp400 miliar,” katanya.

Untuk memobilisasi peralatan dan tenaga, termasuk pemenuhan kebutuhan akomodasi selama kegiatan eksplorasi berlangsung, akan dilakukan di Bengkulu.

Menurut Avep Blok Bengkulu I – Mentawai ini merupakan tantangan bagi Total E&P Indonesia karena belum ada perusahaan migas yang beroperasi di pesisir Bengkulu. “Kami ingin membuktikan dari segi geologi, berdasarkan umur batuan, apakah ada oil and gas yang terjebak di sana,” ujarnya.

Total optimistis eksplorasi ini dapat berhasil karena pihaknya sudah memiliki pengalaman kegiatan  migas di laut dalam Afrika, yaitu di Nigeria dan Angola.  Menurutnya, kali ini adalah kesempatan Total untuk membawa teknologi yang diterapkan di laut dalam Afrika ke Indonesia.

Sementara itu,  Dr. Ir. Tutuka Ariadji, mengatakan kuliah umum ini merupakan salah satu upaya nyata dari Total E&P dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.

Menurut Dr. Tutuka, kegiatan pemboran yang akan dilakukan SKK Migas-Total E&P Indonesia Mentawai B.V ini adalah merupakan peristiwa bersejarah, belum pernah ada kegiatan pencarian hidrokarbon di lepas pantai Bengkulu maupun pada wilayah cekungan serupa.[hms1]

Skip to content