UNIVERSITAS BENGKULU

Suasana tenda Merah Putih di Lapangan Gedung Rektorat Universitas Bengkulu (Unib) pagi yang cerah itu dipenuhi gelak tawa dan tepuk tangan. Sabtu, 26 April 2025, ratusan alumni dari berbagai angkatan berkumpul dalam acara Homecoming: Merajut Kenangan dan Membangun Masa Depan, bagian dari perayaan Dies Natalis ke-43 Unib.

Gubernur Bengkulu, H. Helmi Hasan, ketika mengungkap cerita kenangannya di kampus Unib.(foto:hms1)

Di antara deretan alumni yang hadir, dua nama besar naik ke panggung, Gubernur Bengkulu H. Helmi Hasan dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI, H. Yandri Susanto. Keduanya membawa dan mengungkapkan rahasia kisah cinta, cerita lama yang mengundang nostalgia dan kenangan indah.

Helmi Hasan memulai kisahnya. Dengan senyum lebar, ia mengingat masa-masa ketika dirinya aktif menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Ketua Ospek Mahasiswa Baru. Namun, di balik kesibukannya, ada satu kenangan yang tak pernah pudar, yaitu sebuah pertemuan sederhana dengan seorang wanita yang mengubah hidupnya.

“Di antara ratusan mahasiswa baru, ada satu mahasiswi yang bersinar kala itu,” kenang Helmi, matanya menerawang. “Namanya Khairunisah, wanita paling cantik di dunia versi saya,” ujarnya.

Gubernur Bengkulu dan Mendes PDT bersama Rektor dan para Wakil Rektor Unib melepas balon ke udara.(hms1)

Helmi menceritakan bagaimana, seusai Ospek, tradisi mengirimkan surat kepada senior menjadi jembatan awal kisah cintanya. Ia hanya mencari satu surat, dari Khairunisah. Lalu membaca surat itu perlahan, ia menyimpan kata-kata manis di dalam hatinya, menjadi awal perjalanan mereka sebagai sepasang kekasih.

“Isi suratnya aduhai…Tapi tidak perlu saya bacakan di sini. Itu rahasia kita berdua ya Ma,” kata Helmi Hasan, seraya menoleh ke arah istrinya yang duduk di meja menteri dan rektor.

Lanjut Helmi, tentu jalan mereka tak selalu mulus. Putus-nyambung mewarnai hubungan itu, hingga satu hari, di tepi Pantai Panjang, sambil menyeruput kelapa muda dari dua sedotan, Helmi mengutarakan niat seriusnya.

“Kalau kita putus untuk ketiga kalinya, aku akan langsung melamarmu,” ujar Helmi saat itu. Benar saja, setelah pertengkaran berikutnya, Helmi membuktikan ucapannya. Ia melamar Khairunisah, dan cinta kampus itu kini tumbuh menjadi keluarga yang kokoh.

Mendes dan PDT H. Yandri Susanto ketika bercerita kenangannya saat kuliah di kampus Unib.(foto:hms1)

Sementara itu, cerita dari Yandri Susanto memancing gelak tawa para alumni. Yandri, yang kala itu aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIPOMATER), mengungkapkan pengalamannya yang tak kalah seru. Kisah cintanya di kampus beralmamater biru yang kandas, bahkan sebelum mulai.

“Saya pernah jatuh hati pada seorang mahasiswi. Sudah tiga kali saya ungkapkan perasaan, dan tiga kali pula ditolak,” ucap Yandri sambil tertawa lepas.

Yandri menjelaskan, dirinya masih mengingat momen-momen itu, tentang bagaimana keberanian mengungkapkan perasaan cinta kepada seorang wanita, dan pahitnya penolakan.

Kala itu, dirinya bersama Suharyanto (sekarang Dosen Fakultas Pertanian Unib) dan kawan-kawan, menjadi panitia Ospek di Pantai Panjang.

“Sama seperti Pak Gubernur tadi, saat ospek itu ada mahasiswi saya lihat bersinar, hati saya bergetar dan saya memberanikan diri menembaknya. Namun, tiga kali saya tembak, selalu ditolak. Saya tidak tahu mengapa,” beber Yandri seraya tertawa lepas.

Momen Gubernur H. Helmi Hasan dan Mendes PDT H. Yandri Susanto selalu bergandengan tangan dengan istrinya, saat menghadiri rangkaian acara homecoming alumni dies natalis ke-43 Unib.(foto:hms1)

Lanjut Yandri, kenangan masa-masa kuliah sulit dilupakan. “Namanya pun masih saya ingat sampai sekarang. Tapi nama itu tidak usah saya buka di forum ini,” kata Yandri, seraya cepat-cepat menyapa istrinya, Ratu Rachmatu Zakiyah—Calon Bupati Terpilih PSU Pilkada Kabupaten Serang, Banten—yang menyertai dalam acara homecoming dies natalis ke-43 Unib ini.

“Ini rahasia yang belum pernah saya buka Ma. Terpaksa saya buka di forum ini untuk mengulas kenangan masa kuliah di kampus Unib ini. Kalau kisah ini saya buka di rumah, pasti lain persepsinya,” ujar Yandri sembari tertawa.

Menteri Desa dan PDT H. Yandri dan istrinya Ratu Rachmatu Zakiyah menyanyikan lagu “Cinta” untuk menghibur para alumni Unib yang hadir di acara reuni.(foto:hms1)

“Di manalah dia sekarang ya? Kalau dia tahu sekarang saya jadi menteri, mungkin dia menyesal dulu menolak saya,” ujar Yandri dengan gelak tawa yang lebih keras, seraya medoakan agar wanita tersebut selalu dalam keadaan sehat dan bagus karirnya.

Ditambahkan Yandri, meski ditolak cintanya, namun tetap tegar karena yakin pasti ada hikmah di balik suatu peristiwa. “Kalau tembakan saya dulu diterima, mungkin saya tidak bertemu istri saya yang sekarang, Ratu Banten yang cantik ini,” ujarnya, sambil tersenyum ke arah sang istri.

Dari dua kisah berbeda itu, tampak bahwa masa kuliah bukan hanya tentang gelar akademik, tapi juga tentang cerita-cerita manusiawi, yaitu tentang cinta, perjuangan, tawa, dan air mata.

Menteri Desa dan PDT dan Gubernur Bengkulu berserta istri serta Ketua IKAL Unib, swafoto bersama dengan Rektor dan para Wakil Rektor Unib.(foto:hms1)

Rektor Universitas Bengkulu, Dr. Retno Agustina Ekaputri, dalam sambutannya, menyampaikan rasa bangga melihat keberhasilan para alumni. Meski bukan lulusan Unib, Dr. Retno merasa menjadi bagian dari perjalanan kampus ini, mengingat ayahnya, Ir. Sukoco, adalah salah satu dosen pendiri dan pernah menjadi Rektor Unib.

“Saya mengikuti Unib sejak tahun 1982. Saya bangga melihat banyak tokoh nasional lahir dari kampus ini. Semoga semakin banyak pemimpin masa depan yang tumbuh dari Universitas Bengkulu,” ujar Dr. Retno penuh harap.

Pagi yang cerah itu, di bawah tenda Merah Putih, tawa dan kenangan melebur. Alumni Unib tidak hanya merayakan perjalanan kampus mereka, tapi juga merayakan perjalanan hidup yang dibangun dari persimpangan jalan bernama almamater. Dirgahayu Unib, Jaya Selalu! [Purna Herawan | Humas].