AKTIVITAS berskala internasional kembali dilakukan Universitas Bengkulu (Unib) dengan terlibat langsung pada seminar internasional yang dilaksanakan Regional Network on Poverty Eradication (RENPER) di Prince of Songkla University (PSU) Pattani Campus, Thailand, 29-31 Agustus 2024.
Delegasi Unib dipimpin langsung oleh Rektor, Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc, didampingi Wakil Rektor II Bidang Sumberdaya Unib Yefriza, S.E, MPPD, Ph.D, Dosen FEB Unib Ratu Eva Febriani, S.E, M.Sc, dan staf UPT Kerjasama dan Layanan Luar Negeri (KSLI) Faizal Iksan.
Bersama tuan rumah dan jejaring RENPER lainnya, yaitu Universiti Putra Malaysia, Universiti Malaysia Kelantan, Sri Padmavati Mahila Visvavidyalayam (Universitas Wanita) – India, San Beda University – Philipina, dan REVA University – India, Universitas Bengkulu – Indonesia pada seminar ini menyampaikan makalah dan hasil penelitian tentang berbagai pendekatan dan rencana efektif untuk pengentasan kemiskinan di negara-negara peserta.
Relevan dengan tema yang diusung yaitu “To foster knowledge integration and practical collaboration in addressing poverty eradication,” delegasi Unib memaparkan paper hasil penelitian dan kajian tentang “Gender Analysis in the Dynamics of Poverty in Sumatera – Indonesia.”
Ratu Eva Febriani yang merupakan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu (FEB Unib) sebagai juru bicara Unib menjelaskan, bahwa Indeks Pemberdayaan Gender adalah ukuran untuk menilai sejauh mana kesetaraan akses dan partisipasi perempuan dan laki-laki dalam bidang ekonomi dan politik. Di samping itu, IDG juga digunakan untuk mengukur kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan.
Hasil penelitian dan kajian menurut Ratu Eva, gender mempengaruhi kemiskinan. Wanita selalu menghadapi masalah dalam akses pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan ekonomi daripada laki-laki. Karena itu, upaya penanggulangan kemiskinan harus mempertimbangkan perspektif gender secara holistik, yang melibatkan partisipasi aktif perempuan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan.
Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri sangat antusias mengikuti seminar ini dan bersama pimpinan universitas peserta seminar lainnya, Ia banyak membahas peluang dan kemungkinan kerjasama yang dapat dikembangkan antar universitas guna mendukung peningkatan atmosfer akademik, di samping bertukar ide dan gagasan untuk berkontribusi pada penanganan masalah kemiskinan.
Kehadiran Rektor Unib pada acara ini disambut hangat dan penuh persahabatan oleh pimpinan Prince of Songkla University (PSU) Pattani Campus. Sebab Unib sendiri merupakan salah satu universitas pendiri RENPER dan pernah menjadi President RENPER pada tahun 2017.
Di samping seminar, Wakil Rektor Bidang Akademik Prince of Songkla University (PSU) Pattani Campus yang sekaligus sebagai Ketua Jaringan RENPER di universitas ini, Dr. Monthira Leelakriengsak, mengajak dan menemani delegasi Unib dan delegasi jaringan RENPER lainnya untuk melakukan kunjungan ke pusat kebudayaan Kalyanivat, inkubasi akuatic, budidaya kepeting laut, serta situs-situs bersejarah multicultural di Provinsi Pattani.
Dengan mengunjungi situs multicultural seperti Masjid di Provinsi Pattani, Gedung No. 5 Kuandajino, Ban Khun Pitak Raya, Ban Yellow di Jalan Aanaru, para akademisi jaringan RENPER dapat melihat serta merasakan budaya dan gaya hidup masyarakat Pattani – Thailand.
RENPER sendiri merupakan organisasi para akademisi sebagai perwujudan inisiatif beberapa perguruan tinggi di ASIA untuk berperan serta dalam penanggulangan masalah kemiskinan di negara masing-masing dan berkontribusi secara internasional melalui riset, pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan akademis lainnya.
Sejak berdirinya RENPER bulan Oktober 2010 di University Kelantan-Malaysia, Unib sudah menjadi anggota dan menjadi salah satu perguruan tinggi penginisiasi berdirinya RENPER bersama 9 universitas di Asia (Tenggara).
Kegiatan RENPER berupa seminar-seminar dan kajian akademik tentang penanggulangan masalah kemiskinan yang dikemas dalam bentuk consul meeting dan annual meeting.
Sebagai salah satu penginisiasi RENPER, Unib juga pernah menjadi tuan rumah seminar (annual meeting) bertaraf internasional pada tahun 2012 yang dihadiri ratusan pakar dari berbagai perguruan tinggi se Tanah Air mupun dari negara-negara ASIA.
Pemberantasan kemiskinan yang dilakukan RENPER bukan seperti yang dilakukan lembaga-lembaga sosial atau NGO. Di sini, usaha pemberantasan kemiskinan dilakukan melalui pendekatan keilmuan oleh ahli di masing-masing universitas. Ada proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pendampingan terhadap masyarakat dilaksanakan sesuai keahlian akademisi.
Selain memberikan kontribusi nyata dalam usaha pemberantasan kemiskinan di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia umumnya, bagi Unib secara institusi, RENPER juga menjadi ajang peningkatan eksistensi pergaulan internasional dalam rangka mewujudkan visi Unib sebagai World Class University pada 2025. [Faisal/Purna Herawan/Humas].