Rektor Universitas Bengkulu (Unib) Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc didampingi Wakil Rektor II Bidang Sumberdaya Yefriza, S.E, MPPM, Ph.D dan akademisi dari berbagai fakultas selingkung Unib, melakukan kunjungan dan mengikuti pelatihan non-degree di School of Health Profession Education (SHE), Maastricht University, Belanda, pada 28 Oktober hingga 8 November 2024.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung persiapan pembukaan Rumah Sakit Pendidikan Unib yang saat ini tengah dilakukan proses pembangunan fisik rumah sakit di kawasan Padang Harapan Kota Bengkulu.
Sesuai dengan tema yang diusung yaitu “From Classroom to Clinic : A Holistic Comparison of Curriculum, Management, Facilities, and Residency Models Between Maastricht University and Indonesian Medical Institutions,” kegiatan kunjungan dan pelatihan ini bertujuan untuk memperdalam wawasan delegasi Unib tentang manajemen kurikulum, fasilitas, dan sistem residensi pada institusi medis.
Melalui pelatihan ini memberikan wawasan baru bagi para akademisi untuk mempelajari model manajemen rumah sakit terintegrasi yang diterapkan di Maastricht University Medical Center (MUMC+), mencakup pendidikan, layanan kesehatan, dan penelitian.
MUMC+ dipilih sebagai acuan karena keberhasilannya dalam mengintegrasikan pendidikan, riset, dan pelayanan kesehatan dalam satu kawasan.
Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Unib, Yefriza, mengatakan, sebagai universitas yang telah terakreditasi internasional ACQUIN, Universitas Bengkulu terus menunjukkan komitmen untuk memperluas jaringan internasional guna meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan di Indonesia, terutama di Provinsi Bengkulu.
Program kunjungan dan pelatihan non-degree di School of Health Profession Education (SHE), Maastricht University, Belanda, tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan eksistensi Universitas Bengkulu di kancah pergaulan internasional, tapi juga telah membuka wawasan delegasi tentang pengembangan standar dan kapasitas sumber daya.
“Kita juga belajar tentang pentingnya kolaborasi antara rumah sakit dan institusi pendidikan demi menghadirkan layanan yang berfokus pada pasien serta penelitian di bidang kesehatan,” ujarnya.
Ditambahkan Yefriza, dengan mengikuti pelatihan di School of Health Profession Education (SHE) Maastricht University, delegasi Unib mendapat kesempatan langka untuk memahami filosofi pengajaran kedokteran di MUMC+, infrastruktur akademik, rumah sakit, serta teknologi modern yang digunakan.
Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian acara pelatihan, sebab pelatihan ini memberikan referensi bagi peserta dalam mengembangkan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Bengkulu, khususnya penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dengan sistem evaluasi yang lebih terbuka bagi mahasiswa dan dosen.
Selain itu, dengan kunjungan dan pelatihan di Maastricht University Medical Center (MUMC+), telah memberikan banyak pengalaman tersendiri dan pengalaman tersebut tentu akan menjadi bekal berharga dalam pengembangan RSPTN Unib ke depan.
Pada program intensif ini, delegasi Unib dipandu oleh 15 profesor dan pimpinan MUMC+. Materi yang disampaikan mencakup filosofi pengajaran medis, manajemen rumah sakit, kepemimpinan, fasilitas laboratorium, program residensi, serta pengembangan layanan klinis.
“Seluruh aspek pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan layanan kesehatan di RSPTN Universitas Bengkulu. Jadi, banyak sekali pengalaman yang kami peroleh melalui program pelatihan ini,” ujar Yefriza di sela-sela pelatihan.
Disamping itu, delegasi Unib juga memperoleh wawasan tentang desain zona fungsional dalam fasilitas kesehatan yang memudahkan aksesibilitas dan efisiensi pelayanan di rumah sakit pendidikan. Misalnya, di MUMC+ itu mereka melihat bagaimana seni di ruang publik menciptakan dampak positif bagi psikologi pasien.
Rektor Unib, Dr. Retno Agustin Ekaputri, yang memimpin langsung delegasi Unib mengatakan, program ini sangkat efektif untuk memberikan wawasan mendalam tentang sinergi rumah sakit dan universitas dalam mendukung pelayanan medis, riset, serta pengembangan akademik.
“Setelah melihat dan mempelajari kondisi di MUMC+ itu, Unib berencana mengadopsi beberapa praktik terbaik MUMC+ yang relevan dan sesuai dengan regulasi lokal. Misalnya tentang bagaimana agar kolaborasi antara universitas dan rumah sakit dapat terlaksana secara optimal, tersinergi antara layanan kesehatan dan pendidikan.” ujarnya.
“Kami berkomitmen meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan dengan inspirasi dari MUMC+. Dengan pengalaman dari pelatihan ini, Universitas Bengkulu siap melangkah lebih jauh dalam memajukan pendidikan kedokteran serta kualitas layanan kesehatan di Bengkulu dan sekitarnya,” ungkap Dr. Retno.
Peserta non-degree training pulang ke Indonesia dengan membawa pengalaman baru yang dapat dibagikan dari negeri kincir angin. Pengalaman yang berharga ini nantinya dapat diadopsi dan diaplikasikan dalam pengembangan tata kelola rumah sakit, fasilitas dan pelayanan kesehatan rumah sakit, riset di bidang kesehatan, serta pengembangan akademik untuk bidang keilmuan kesehatan.
Diharapkan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi Negeri (RSPTN) dapat menjadi pelopor fasilitas kesehatan yang mengintegrasikan antara pelayanan, riset, dan pendidikan di Bengkulu. [Laporan : M. Nur Dita Nugroho. Editor : Purna Herawan/Humas].