Universitas Bengkulu (Unib) kembali menambah deretan Guru Besarnya dengan mengukuhkan lima akademisi bergelar Profesor dalam Rapat Senat Paripurna Terbuka yang digelar di Gedung Serba Guna (GSG) Unib, Kamis (24/4/2025). Acara Pengukuhan Guru Besar ini cukup istimewa karena bertepatan dengan hari ulang tahun atau dies natalis ke-43 Unib.

Rapat Senat Paripurna Terbuka dipimpin oleh Ketua Senat Universitas Bengkulu, Prof. Dr. Safnil, MA, dan dihadiri oleh para anggota senat, Guru Besar, unsur Forkopimda Provinsi Bengkulu, rektor universitas mitra, mitra perbankan, serta ratusan keluarga dan kolega para Guru Besar yang baru.
Pengukuhan dilakukan Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc didampingi Ketua Senat Prof. Safnil. Pengukuhan ditandai pemasangan Samir sebagai Tanda Kehormatan, disertai pemberian ucapan selamat kepada kelima Guru Besar baru oleh Rektor dan Ketua Senat.






Kelima Guru Besar baru Unib ketika menyampaikan orasi ilmiah dan dikukuhkan oleh Rektor.(foto:hms1)
Kelima Guru Besar yang dikukuhkan, yaitu Prof. Dr. Arif Ismul Hadi, S.Si, M.Si yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Geofisika Kebencanaan dan Eksplorasi Sumber Daya Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan Prof. Dr. Willy Abdillah, S.E, M.Sc sebagai Guru Besar Bidang Sistem Informasi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Berikutnya, Prof. Dr. Drs. Alexon, M.Pd dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pengembangan Kurikulum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan Prof. Dr. Eng. Ir. Dedi Suryadi, S.T, MT sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Konstruksi dan Perancangan Fakultas Teknik (FT), serta Prof. Dr. Nina Kurniah, M.Pd sebagai Guru Besar Bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Pengukuhan ini mencatatkan sejarah bagi Unib, di mana Prof. Dedi Suryadi menjadi Guru Besar pertama di Fakultas Teknik, dan Prof. Nina Kurniah yang merupakan istri Prof. Yohanes Safri, menambah daftar pasangan suami-istri yang sama-sama bergelar Profesor di Unib, setelah pasangan Prof. Zainal Muktamar (FP) – Prof. Nanik Setyowati (FP), Prof. Herlambang (FH) – Prof. Marlin (FP), dan Prof. Lizar Alfansi (FEB) – Prof. Roosemarina A Rambe (FEB).






Rektor Unib didampingi Ketua Senat memasangkan samir simbol akademisi penyandang gelar Profesor.(foto:hms1)
Pada acara pengukuhan ini, kelima Guru Besar baru menyampaikan orasi ilmiah di hadapan para anggota senat dan undangan. Materi yang disampaikan merupakan hasil penelitian dan karya ilmiah yang menghantarkan mereka pada pencapaian akademik tertinggi dan berhak menyandang gelar professor.
Prof. Arif Ismu Hadi menyampaikan karya ilmiah berjudul “Peranan Ilmu Geofisika Dalam Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Berbasis Mitigasi Bencana.”
Prof. Willy Abdillah, menyampaikan karya ilmiah berjudul “Paradoks Teknologi Informasi: Urgensi dan Masa Depan Sistem Tata Kelola.”



Kelima Guru Besar yang dikukuhkan ketika menyanyikan Lagu Pada Mu Negeri.(foto:hms1)
Selanjutnya Prof. Alexon, menyampaikan karya ilmiah berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya (MPTBB) Untuk Meningkatkan Apresiasi Peserta Didik Terhadap Budaya Lokal.”
Prof. Dedi Suryadi menyampaikan karya ilmiah berjudul “Pengembangan Alat Monitoring Kerusakan Mesin Jarak Jauh Dengan Sistem Cerdas Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Mesin Industri.”
Dan terakhir, Prof. Nina Kurniah menyampaikan karya ilmiah berjudul “Peran Pendidik Profesional Dalam Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini (Sebuah Tantangan dan Harapan di Masa Depan).”
Bukti Unib Tumbuh Berkontribusi Secara Intelektual
Dalam sambutannya, Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri mengungkapkan rasa bangganya karena tepat di hari ulang tahun (dies natalis) ke 43 Unib ini, Unib kembali menambah jumlah guru besar. Dengan penambahan ini, maka jumlah Guru Besar di Unib saat ini sebanyak 79 orang.

“Hari ini, di tengah perayaan dies natalis ke-43 Unib yang mengusung tema homecoming, kita menyaksikan momen penuh makna, pengukuhan lima Guru Besar baru Universitas Bengkulu. Sungguh membanggakan dan acara ini tidak hanya sekedar seremoni akademik, melainkan bukti nyata bahwa rumah besar ini (Unib) terus tumbuh dan memberi kontribusi intelektual yang relevan di tengah dinamika zaman,” ujarnya.
Dunia pendidikan tinggi hari ini kata Dr. Retno, menghadapi tantangan luar biasa, seperti disrupsi digital, ketimpangan global, dan krisis multidimensi yang menguji daya tahan institusi keilmuan. Karena itu, Guru Besar, dalam hal ini, tidak cukup hanya menjadi penjaga tradisi ilmu, tetapi harus menjadi inovator, komunikator, dan mediator antara sains dan masyarakat.


Di samping itu tambah Dr. Retno, pengukuhan Guru Besar ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa pendidikan dan penelitian adalah landasan dari kemajuan sebuah bangsa. Universitas Bengkulu, dengan segala sumber daya dan potensinya, terus berkomitmen untuk melahirkan para pemimpin intelektual yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat, baik tingkat lokal, nasional, maupun global.
“Sebagai rumah kita bersama, Universitas Bengkulu berharap para Guru Besar menjadi motor penggerak dalam menghadirkan riset transformatif, pengabdian yang berdampak nyata, dan kepemimpinan akademik yang membumi namun berwawasan global. Kami juga berharap Universitas Bengkulu akan terus melahirkan insan-insan akademik unggul, inovatif, dan berintegritas, yang mampu berkontribusi dalam menjawab tantangan bangsa di masa depan,” papar Dr. Retno seraya mengucapkan selamat kepada kelima Guru Besar baru yang dikukuhkan. [Purna Herawan | Humas].