UNIVERSITAS BENGKULU

Universitas Bengkulu (Unib) bangga dan bahagia karena telah menambah 5 (lima) Guru Besar yang dikukuhkan pada Rapat Senat Paripurna Terbuka, di Gedung Serba Guna (GSG) Unib, Senin (9/12/2024). Siapa dan bidang apa keahlian kelima Guru Besar baru ini ? Berikut profil singkat dan orasi ilmiahnya.

Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri didampingi Ketua Senat Prof. Safnil ketika mengukuhkan lima Guru Besar baru Univeristas Bengkulu.(foto:hms1)

Prof. Dr. Manap Somantri, M.Pd

Close up foto inset Prof. Manap Somantri.(rahmat)

Pertama, Prof. Dr. Manap Somantri, M.Pd, Guru Besar Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan. Pada acara pengukuhan Guru Besar ini, profil singkatnya dibacakan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unib, Abdul Rahman, S.Si, M.Si, Ph.D.

Dijelaskan, Prof. Manap merupakan pria kelahiran 20 Mei 1959 di Kabupaten Bogor, anak dari H.M Somantri (Alm) dan Ibu Hj. Siti Aminah (Alm). Ia menempuh pendidikan formal di SD Negeri 1 Palasari Kecamatan Cileungsi, SMP PGRI Suryakencana Cilengungsi, dan SMA di SPG Negeri Bogor tahun 1976-1979. Kemudian, menamatkan S1 tahun 1983, pendidikan S2 tahun 1993 dan pendidikan S3 (Doktor) tahun 1999, semuanya di IKIP Bandung jurusan Administrasi Pendidikan.

Dekan FKIP Unib Abdul Rahman, Ph.D ketika membacakan profil singkat Prof. Manap Somantri.(hms1)

Prof. Manap mulai menjadi dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Universitas Bengkulu pada tahun 1986 dan pernah memangku jabatan sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan Koordinator Program Studi Magister (S2) Administrasi Pendidikan di FKIP Unib. Selain mengajar dan mengelola jurusan, Ia banyak melakukan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah serta pengabdian kepada masyarakat, dan pernah menerima penghargaan Satya Lacana Karya Satya 20 tahun pada tahun 2015.

Di hadapan Rapat Paripurna Terbuka Senat Unib, suami dari Dra. Sa’adah Ridwan, M.Pd ini menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Profesionalisasi Kepala Sekolah : Menghadirkan Manajer Pendidikan Inovatif dan Kepala Sekolah Unggul.”

Ia menyoroti pentingnya pengembangan profesional kepala sekolah yang bersifat holistik, mencakup pembelajaran sepanjang hayat, evaluasi berbasis kompetensi, serta dukungan untuk pengambilan keputusan berbasis data dan bukti.

Prof. Dr. Drs. H. Achmad Aminudin, M.Si

Closeup foto inset Prof. Achmad Aminudin. (rahmat)

Kedua, Prof. Achmad Aminudin, Guru Besar Bidang Kajian Administrasi dan Kebijakan Publik. Profil singkatnya dibacakan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unib, Dr. Dra. Yunilisiah, M.Si.

Dijelaskan, Prof. Achmad Aminudin merupakan pria kelahiran 9 Juni 1960 di Klaten, anak dari Kiai Drs. H. Badruzzaman (alm) dan Ibu Hj. Siti Maemunah. Ia menempuh pendidikan formal di SD Negeri 1 Klaten lulus tahun 1973, SMP Muhammadiyah 1 dan SMA Negeri 1 Klaten lulus pada 1980. Kemudian meraih gelar S1 (Doktorandus) tahun 1987 dan gelar S2 (M.Si) tahun 1994 di Universitas Gadjah Mada (UGM). Sedangkan gelar S3 (Doktor), diraihnya tahun 2014 di Universitas Airlangga (UNAIR).

Dekan FISIP Unib Dr. Yunilisiah ketika membacakan profil singkat Prof. Achmad Aminduin.(hms1)

Prof. Achmad Aminudin telah menjadi dosen tetap ilmu administrasi di FISIP Unib sejak 1 Maret 1988 dan pernah memangku sejumlah jabatan, seperti menjadi Pembantu Dekan Bidang Akademik FISIP Unib pada 2006-2010 dan menjadi Dekan FISIP Unib periode 2017-2021. Ia memiliki banyak pengalaman penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dan sejumlah publikasi karya ilmiah di jurnal nasional dan internasional, serta menciptakan buku yang antara lain berjudul “Filsafat Administrasi Publik” dan “Transformasi Organisasi Kereta Api Indonesia (KAI)” yang mendapat HKI pada tahun 2020 dan tahun 2023. Kemudian, atas dedikasinya sebagai PNS, Prof. Achmad Aminudin pernah menerima penghargaan Satya Lacana Kaya Satya 30 tahun pada tahun 2018.

Di hadapan Rapat Paripurna Terbuka Senat Unib, suami dari Hj. Nunung Nurdjanah, SH ini menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Formulasi, Implementasi dan Dampak Program Dana Bergulir SAMISAKE Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Bengkulu.”

Prof. Achmad Aminudin dalam penelitiannya menyoroti Program Satu Miliar Satu Kelurahan (SAMISAKE) masih jauh dari target kebijakan yang tertuang dalam PERDA Nomor 12 Tahun 2013 tentang Dana Bergulir SAMISAKE. Ia pun merekomendasikan agar Pemerintah Kota Bengkulu perlu menata ulang kelembagaan program berupa penyempurnaan daya dukung peraturan dan perbaikan sumberdaya program sekaligus menjawab tantangan dan hambatan yang muncul dari proses implementasi program di lapangan.

Prof. Dr. Jarulis, S.Si, M.Si

Close up foto inset Prof. Jarulis. (rahmat)

Selanjutnya ketiga, Prof. Jarulis, Guru Besar Bidang Ilmu Biosistematika Hewan (Ornitologi). Profil singkatnya dibacakan oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unib, Prof. Dr. Sal Primayudha S, S.Si, M.Si.

Dijelaskan, Prof. Jarulis adalah pria kelahiran 25 November 1975 di Abai, Solok Selatan, Sumatera Barat, anak dari Syamsur (alm) dan Ibu Jamalia. Ia menempuh pendidikan SD di SD Negeri Abai lulus tahun 1988, lulus SMP tahun 1991 dan SMA tahun 1996 di Bidar Alam. Kemudian melanjutkan pendidikan S1 lulusa tahun 2001 dan S2 lulus tahun 20004 di Universitas Andalas bidang ilmu Ornithologi, serta melanjutkan pendidikan S3 lulus tahun 2019 di Institut Pertanian Bogor (IPB) bidang ilmu Biologi Molekuler (Genetika).

Dekan FMIPA Unib Prof. Sal Primayudha ketika membacakan profil singkat Prof. Jarulis.(hms1)

Selain menjadi Dosen Tetap di FMIPA Unib, Prof. Jarulis pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik pada 2020-2021 dan menjadi Dekan FMIPA Unib pada periode November 2021 sampai dengan Juni 2024. Ia juga memiliki banyak pengalaman penelitian dan pengabdian pada masyarakat, publikasi artikel ilmiah dalam jurnal nasional dan internasional terakreditasi, serta menciptakan buku berjudul “Panduan Lapangan Pencincinan Burung di Sumatera” tahun 2008 dan buku berjudul “Keanekaragaman Hayati KPHL Seluma AVIFAUNA” tahun 2020.

Di hadapan Rapat Paripurna Terbuka Senat Unib, suami dari Nieni Malianti, S.Pd ini menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Penguatan Status Taksonomi Burung dan Potensi Pencegahan Perdagangan Ilegalnya di Indonesia Menggunakan Data Genetik.”

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, telah berhasil mengungkapkan karakter genetik, situs-situs spesifik (barcode), jarak genetik, dan filogenetik pada kelompok burung yang disajikan. Sekuen nukleotida gen C01 mtDNA dari tujuh jenis dan 31 individu Rangkong, 17 individu Beo Enggano, 20 individu Ayam Hutan Merah, dan 7 individu Cica Daun Sayap Biru sudah didapatkan dan dipublikasikan pada jurnal internasional bereputasi dan jurnal nasional terakreditasi.

Prof. Dr. Mochamad Ridwan, S.E, MP.

Close up foto inset Prof. Mochamad Ridwan.(rahmat)

Guru Besar keempat yang dikukuhkan yaitu Prof. Mochamad Ridwan, Guru Besar Bidang Ekonomi SDA/Ekonomi Pesisir. Profil singkatnya dibacakan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unib, Prof. Dr. Kamaludin, S.E, MM.

Dijelaskan, Prof. Mochamad Ridwan merupakan pria kelahiran 10 Juli 1961 di Malang, anak dari H. Cholil Rifa’i (alm) dan Ibu Hj. Nontjik Rodhiah (alm). Ia menempuh pendidikan formal mulai dari SD Islam Klojen Kidul Malang, SMP Islam Kartini Malang, dan SMA Negeri 3 (Bhawikarsu) Malang. Kemudian, jenjang S1, S2 dan S3 (Doktor), ditamatkan di Universitas Brawijaya (UNIBRAW) dengan spesialisasi Ilmu Ekonomi/Ekonomi Sumber Daya Alam/Lingkungan.

Kariernya sebagai Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Unib dimulai sejak tahun 1988 dan pernah memangku sejumlah jabatan penting di fakultas dan universitas, antara lain menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik tahun 1997-1999 dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan tahun 1999-2002, bahkan menjadi Wakil Rektor Unib Bidang Kemahasiswaan pada tahun 2014-2017 serta Ketua Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (S3/PDIE dan S2/MPP) tahun 2018-2020.

Dekan FEB Unib Prof. Kamaludin ketika membacakan profil singkat Prof. Mochamad Ridwan.(hms1)

Di samping itu, suami dari Saadatul Achadiyah ini juga aktif dan banyak memiliki pengalaman penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta menghasilkan banyak publikasi artikel ilmiah dalam jurnal/prosiding, buku teks/buku monograf/buku refrensi/bookchapter. Judul buku karyanya antara lain “Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan : Teori dan Kasus” terbit tahun 2010, dan “Pembangunan Ekonomi Berbasis Sumberdaya Alam dan Lingkungan : Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Terpadu” yang terbit tahun 2020.

Pada acara pengukuhan guru besarnya ini, Prof. Mochamad Ridwan, menyampaikan karya ilmiah berjudul “Urgensi Pembangunan Ekonomi Pesisir Berbasis Sumber Daya Alam Kelautan dan Ekowisata (Kasus Provinsi Bengkulu).”

Berdasarkan penelitiannya, disimpulkan bahwa keberhasilan ekonomi pesisir berbasis SDA Kelautan dapat direalisasikan melalui implementasi pada 6 aspek pemberdayaan/penguatan, yaitu permodalan fisik dan non fisik secara berimbang, peran TPI secara profesional, peran wirausaha (penjual ikan) berskala besar dan kecil secara profesional, peran koperasi nelayan secara profesional, peran pemerintah, dan peran perguruan tinggi.

Kemudian, keberhasilan pembangunan pesisir berbasis Ekowisata dapat direalisasikan melalui implementasi strategi pembangunan “tiga ekowisata pesisir unggulan, yaitu ekowisata sejarah, budaya dan alam, yang dirumuskan melalui implementasi “Model Grand Design Ekowisata Pesisir Terpadu” yang ditunjang oleh penguatan pesona dan citra serta daya tarik ekowisata, dan kualitas sumber daya manusia dalam aspek rasa memiliki, keramahan dan profesionalisme.

Prof. Dr. Ir. Sigit Sudjatmiko, M.Sc

Close up foto inset Prof. Sigit Sudjatmiko.(rahmat)

Terakhir Prof. Sigit Sudjatmiko, Guru Besar Bidang Ekofisiologi Tanaman. Profil singkatnya dibacakan oleh Dekan Fakultas Pertanian Unib, Dr. Indra Cahyadinata, S.P, M.Si.

Dijelaskan, Prof. Sigit Sudjatmiko adalah pria kelahiran 28 Januari 1960 di Sragen, anak dari Bapak Muljono Hadisumarto (alm) dan Ibu Sukirah Nyotosumarmo (alm). Ia menempuh pendidikan formal di SD Negeri 58 Sragen, SMP Negeri 1 Sragen dan SMA Negeri 1 Sragen. Kemudian, jenjang S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) Bidang Agrokimatologi, S2 dan S3 di Massey University of New Zealand dengan spesialisasi Bidang Hortikultura.

Di Universitas Bengkulu, selain menjadi Dosen Tetap Fakultas Pertanian, Prof. Sigit Sudjatmiko banyak berperan dalam pembangunan dan peningkatan sarana prasarana (Sarpras) kampus, seperti melalui proyek DUE dan P2T di zaman Rektor Zulkifli Husin, dan pernah menjabat sebagai Wakil Rektor II Bidang Sumberdaya di zaman Rektor Zainal Muktamar dan zaman Rektor Ridwan Nurazi.

Dekan Fakultas Pertanian Unib Dr. Indra Cahyadinata ketika membacakan profil singkat Prof. Sigit.(hms1)

Kemudian, di samping mengajar, suami dari Rosita Arniati, S.E ini juga banyak pengalaman penelitian dan pengabdian masyarakat, serta menghasilkan banyak artikel ilmiah dalam jurnal internasional dan nasional, menciptakan sejumlah buku dan mendapat HaKI, serta pernah mendapat penghargaan Satya Lacana Karya Satya pada tahun 2019.

Di hadapan Rapat Paripurna Terbuka Senat Unib, Prof. Sigit Sudjatmiko menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Pengembangan Hibrida Jagung Manis pada Ekosistem Organik.” Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa pengembangan hibrida jagung manis di lingkungan organik telah menghasilkan kandidat hibrida yang sebanding dengan jagung hibrida komersial. Selain itu, perbandingan pertumbuhan hibrida di beberapa ekosistem yang berbeda menunjukan adanya potensi yang signifikan untuk pengembangan jagung manis di daerah dataran tinggi.

Suasana penyampaian orasi ilmiah oleh Guru Besar di GSG Unib.(foto:hms1)

Sumber Inspirasi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Rektor Universitas Bengkulu, Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E, M.Sc mengucapkan selamat dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada kelima Guru Besar baru yang dikukuhkan. Harapannya, semoga mereka terus menjadi sumber inspirasi dan pelita bagi perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya di Unib tetapi juga di tingkat nasional dan internasional.

Rektor Unib Dr. Retno Agustina Ekaputri ketika menyambaikan sambutan dan harapan di acara pengukuhan lima Guru Besar Unib.(foto:Bay/hms1)

Rektor mendoakan agar kelima Guru Besar yang baru dikukuhkan ini senantiasa diberikan kesehatan, kebijaksanaan, dan kekuatan dalam menjalankan amanah besar ini. “Kami juga berharap Unib akan terus melahirkan insan-insan akademik yang unggul, inovatif, dan berintegritas, yang mampu berkontribusi dalam menjawab tantangan bangsa di masa depan,” tutur Dr. Retno. [Purna Herawan | Tim Humas].

Lima Guru Besar baru Unib ketika foto bersama dengan Rektor dan Ketua Senat Unib, dan menyanyikan lagu Pada Mu Negeri usai pengukuhan.(foto:hms1)

Skip to content