UNIVERSITAS BENGKULU

SEJUMLAH kampus di Indonesia akhir-akhir ini silih berganti berkunjung ke Universitas Bengkulu (Unib) untuk melakukan studi banding atau benchmarking tentang akreditasi internasional dari lembaga ACQUIN. Terbaru, Manager Penjaminan Mutu Akademik Universitas Terbuka (UT) berserta rombongan kunjungan ke Unib untuk hal yang sama.

Kegiatan benchmarking UT ke Unib diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.(foto:hms1)

“Selain bersilahturahmi, kami juga ingin mengetahui lebih banyak tentang bagaimana proses akreditasi internasional ACQUIN baik akreditasi terhadap program studi maupun akreditasi institusi. Sebab kita tahu, Unib telah sukses mendapat 69 Sertifikat Akreditasi Internasional dari AQUIN pada Desember 2023 lalu,” ujar Manager Penjaminan Mutu Akademik UT Jakarta, Dr. Irsanti Widuri Asih, S.Sos, M.Si, ketika berdiskusi dengan Task Force ACQUIN Unib, di ruang rapat tiga gedung rektorat Unib, Kamis (4/7/2024).

Dengan mendapatkan cerita pengalaman, masukan serta saran dari Unib melalui kegiatan benchmarking ini kata Irsanti, diharapkan mendorong semangat dan optimisme bagi program studi – program studi di Universitas Terbuka yang saat ini telah dan sedang mempersiapkan program peningkatan mutu dan kualitas akademik melalui akreditasi internasional.

Kunjungan para akademisi UT disambut dengan penuh persahabatan oleh LPMPP Unib.(foto:hms1)

“Kita melangkah untuk maju bersama dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu akademik dengan melakukan akreditasi internasional. Akreditasi ini merupakan bentuk pengakuan terhadap kualitas layanan, transparansi pengelolaan, serta memastikan program gelar berkualitas tinggi yang mendorong pencapaian IKU (Indikator Kinerja Utama) institusi dan mewujudkan internasionalisasi perguruan tinggi,” paparnya, seraya mengucapkan terimakasih kepada Unib yang bersedia dan menyambut baik kegiatan benchmarking ini.

Hadir bersama Dr. Irsanti adalah para ketua dan pengelola program studi selingkung UT, khususnya program studi dari Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Politik (FHISIP), serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Mereka sebanyak 13 orang, antara lain, Ketua Program Studi Administrasi Negara FHISIP UT Ridho Harta, S.Sos, M.Si, Ketua Program Studi Administrasi Bisnis FHISIP Setyo Kuncoro, S.S, MA, dan Dosen (Lektor) FHISIP Dina Fadiyah, S.IP, MA.

Manager Penjaminan Mutu Akademik UT Dr. Irsanti ketika menyampaikan maksud kunjungannya.(hms1)

Berikutnya, Ketua Program Studi Sosiologi FHISIP UT Dra. Parwitaningsih, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FHISIP UT Dra. Arifah Bintarti, M.Si, dan Dosen (Lektor) FHISIP Ir. Herwati Dwi Utami, S.IP, M.Hum.

Selanjutnya, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika pada FKIP UT Dr. Widiasih, M.Pd, Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan FKIP UT Dra. Marisa, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UT Dr. Ary Purwantiningsih, S.Pd, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UT Dr. Idha Novianti, S.Si, M.Pd, serta turut hadir juga Ketua Tim GPM UT Dr. Siti Julaeha, M.A dan Auditor di UT Berthon Jonathan, M.H.

Rombongan disambut dengan penuh persahabatan oleh Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dan Pengembangan Pembelajaran (LPMPP) Unib, Dr. Yulian Fauzi, S.Si, M.Si, didampingi  Kepala Pusat Penjaminan Mutu LPMPP Unib Dr. Gita Mulyasari, SP, M.Si, dan anggota Task Force Akreditasi Internasional ACQUIN Unib lainnya.

Hadir juga pada diskusi ini antara lain, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unib, Abdul Rahman, S.Si, M.Si, Ph.D, Kepala Biro Umum dan Sumberdaya (USD) Drs. Jalaludin, Kepala Biro Perencanaan, Pengajaran dan Kemahasiswaan (PPK) Unib Ir. Titin Rahmawati, M.Si, dan Koordinator pada Bagian Umum dan Humas Ir. Wuryanto.

Rombongan akademisi UT melakukan pendalaman tentang akreditasi ACQUIN di Unib.(foto:hms1)

“Selamat datang kami ucapkan dan permohonan maaf karena pimpinan kami, Bu Rektor dan para Wakil Rektor sedang mejalankan tugas dinas dan tugas yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga tidak sempat menyambut kehadiran Bapak/Ibu Akademisi dari UT Jakarta ini,” ujar Dr. Yulian Fauzi mengawali diskusi.

Terkait program akreditasi internasional ACQUIN (The Accreditation, Certification and Quality Assurance Institute) yang sukses dilaksanakan Unib pada tahun 2022–2023, dijelaskan secara rinci oleh Dr. Yulian bersama Dr. Gita, serta Anggota Task Force lainnya. Mulai dari latar belakang, proses dan tahapan, serta hal-hal teknis lainnya, hingga Unib berhasil menerima 69 Sertifikat Akreditasi Internasional dari ACQUIN-Jerman, terdiri dari 68 Sertifikat untuk Program Studi dan satu sertifikat untuk institusi.

“Akreditasi ini untuk program studi–program studi jenjang S1, S2 dan program doktoral. Juga akreditasi internasional untuk institusi, sehingga total 69 sertifikat yang kami terima. Atas capaian ini, boleh dibilang Unib sebagai pelopor Akreditasi ACQUIN di Indonesia, karena menjadi universitas pertama terakreditasi internasional ACQUIN dan terbanyak program studinya yang terakreditasi ACQUIN” ujar Dr. Yulian Fauzi.

Foto bersama para akademisi UT dengan Task Force Akreditasi ACQUIN Unib.(foto:hms1)

Program akreditasi internasional ini dilaksanakan Unib selain untuk meningkatkan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) universitas dan IKU unit kerja, juga sebagai upaya mewujudkan internasionalisasi perguruan tinggi dan mengimplementasikan visi Unib menjadi universitas berkelas dunia pada 2025.

ACQUIN sediri adalah asosiasi terdaftar pada EQAR (European Quality Assurance Register for Higher Education) yang berkantor pusat di Bayreuth – Jerman. EQAR merupakan lembaga akreditasi, sertifikasi dan penjaminan mutu bertaraf internasional yang diakui Kemendikbudristek, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 83/P/2020 Tanggal 24 Januari 2020.

ACQUIN bertujuan untuk mengakreditasi program sarjana dan magister di semua disiplin ilmu dan di semua jenis universitas untuk memastikan program gelar berkualitas tinggi, menciptakan transparansi pasar, meningkatkan daya tarik universitas bagi mahasiswa asing dan mempromosikan perbandingan gelar akademik.

Keanggotaan ACQUIN sendiri lebih dari 150 universitas di Jerman, Swiss, Austria, Amerika Serikat, Liechtenstein, Mesir, Mongolia, dan Lebanon.

Pertukaran cindera mata antara Ketua LPMPP Unib dan Manager Penjaminan Mutu UT.(foto:hms1)

Kalau ditanya kiat Unib berhasil pada program akreditasi internasional ini, kata Dr. Yulian, salah satu kuncinya adalah komitmen yang tinggi dari semua stakeholder.

“Kami bersyukur, semua pimpinan baik level universitas dan fakultas, hingga unit-unit kerja lainnya, memiliki komitmen dan tekad yang sama kuatnya untuk menggapai keberhasilan ini. Begitupun mahasiswa dan alumni serta mitra kerja di jajaran pemerintahan dan swasta, semua kompak dan saling bekerjasama untuk mewujudkan target yang telah ditetapkan,” tuturnya.

Kedua belah pihak mendokumentasikan pertemuan ini dengan berfoto ceria bersama.(foto:hms1)

Hal-hal menyangkut teknis lainnya tambah Dr. Yulian dapat dijelaskan secara lebih rinci oleh para anggota Task Force ACQUIN Unib. “Kami siap menjelaskan lebih banyak dan lebih detail lagi kepada kawan-kawan dari UT, sehingga ke depan UT juga dapat dengan sukses melaksanakan program akreditasi internasional,” tukas Dr. Yulian.

Diskusi berlangsung lebih kurang dua jam yang diakhiri dengan sesi foto bersama dan saling bertukar cindera mata antara Manager Penjaminan Mutu Akademik UT dan Ketua LPMPP Unib. Kunjungan benchmarking UT kemudian dilanjutkan dengan peninjauan dan diskusi teknis ke Dekanat FISIP dan Dekanat FKIP Unib.[Penulis : Purna Herawan/Humas].

Skip to content